Saya benci kalah sehingga apabila saya tidak berhasil mencapai apa yang saya inginkan, saya akan marah, kecewa dan menyalahkan diri sendiri. Saya akan melakukan self-blaming dan mengutuk diri sebagai "bodoh", "tidak berguna" dan "tidak berharga".
Seolah-olah kesalahan dan kegagalan adalah aib dan dosa besar.Â
Ya, saya memang perfeksionis. Dan saya pernah berada di posisi di mana sifat perfeksionis ini malah jadi penyakit.
Tapi bukankah manusia bisa berubah seiring berjalannya waktu?
Tepat.
Walaupun bukan perubahan yang ekstrem, saya bisa merasakan bahwa diri saya yang sekarang berbeda dengan saya 5-10 tahun lalu. Inilah yang saya sebut sebagai turning point atau titik balik.
Saya bingung bagaimana menjelaskannya. Tidak hanya satu dua penyebab. Dalam kasus saya barangkali perasaan hampa dan tidak berguna adalah pemicu utamanya.
Setelah lulus kuliah saya mulai melihat, mendengar dan belajar lebih banyak hal. Lebih banyak dari yang pernah saya pelajari saat sekolah atau kuliah.
Hingga saya berkesimpulan bahwa hidup tidak sehitam putih itu.
Tapi semakin banyak yang saya ketahui dari proses belajar ini, justru membuat saya lebih sering khawatir, insecure dan overthinking.Â