Mohon tunggu...
luluay chilyata ficha fuadi
luluay chilyata ficha fuadi Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya seorang mahasiswa di salah satu PTKIN di Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan pola pembelajaran berbasis kurikulum hijau untuk meningkatkan kesadaran energi pada peserta didik

7 Oktober 2025   23:25 Diperbarui: 7 Oktober 2025   23:24 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penerapan pola pembelajaran berbasis kurikulum hijau untuk meningkatkan kesadaran energi pada peserta didik

Oleh : Wardah, Ficha, Nanai, Baiq, Nisrina, Dina

        Krisis energi global saat ini sangat serius, terutama disebabkan oleh ketergantungan besar dunia pada energi fosil seperti minyak, batu bara, dan gas alam. Penggunaan bahan bakar fosil memberikan dampak signifikan terhadap polusi udara, pemanasan global, dan perubahan iklim yang berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dalam menghadapi tantangan ini, dunia pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran dan perilaku generasi muda agar lebih peduli. Implementasi kurikulum hijau menjadi strategi penting untuk menanamkan nilai dan wawasan lingkungan sejak dini demi masa depan yang  lebih berkelanjutan. Pendekatan ini diharapkan tidak hanya mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mendorong pengembangan energi terbarukan, tetapi juga meningkatkan literasi energi di kalangan siswa, sehingga memberikan dampak pada pelestarian lingkungan melalui udara yang lebih bersih, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan penghematan sumber daya alam.

        literasi energi yang mengalami penurunan di kalangan pelajar menjadi salah satu penyebab utama yang menghambat pemahaman dan kesadaran akan pentingnya pengelolaan energi secara bijak. Studi terdahulu yang dilakukan Suryana et al. (2020:1) menunjukkan bahwa kemampuan literasi energi siswa indonesia rata – rata masih rendah. Hal ini diakibatkan pengetahuan, sikap, dan pemahaman dampak energi terhadap lingkungan yang belum optimal. Kondisi ini membuat siswa kurang mampu berperan aktif dalam pelestarian sumber daya alam dan hemat energi. Selain itu, permasalahan energi belum terintegrasi secara menyeluruh dalam materi pembelajaran, sehingga siswa kerap kali tidak mendapatkan pengetahuan mendalam dan pengalaman praktis terkait sumber energi, dampak lingkungan, serta pentingnya penggunaan energi terbarukan. Kurikulum hijau ini masih perlu dikembangkan agar isu energi dapat menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter dan literasi lingkungan.        

 Implementasi Kurikulum hijau merupakan suatu pendekatan pendidikan yang menyelaraskan nilai – nilai keinginan dan kesadaran lingkungan ke dalam proses pembelajaran. Kurikulum ini bertujuan membentuk persepsi, sikap dan karakter siswa agar mencintai dan menjaga kelestarian lingkungan, serta memahami dampak penggunaan energi terhadap perubahan iklim. Implementasi kurikulum hijau dalam dunia pendidikan  dilakukan dengan memasukkan materi lingkungan hidup secara terpadu ke dalam mata pelajaran, serta menerapkannya dalam kegiatan nyata seperti pengelolaan sampah, hemat energi, dan penggunaan energi terbarukan di lingkungan sekolah. Di Indonesia, beberapa sekolah telah berhasil menerapkan kurikulum hijau dengan dukungan dari komite sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar, sehingga tidak hanya memperkuat pengetahuan tetapi juga membangun perilaku peduli lingkungan siswa. Peran guru sangat penting dalam membimbing dan memotivasi siswa untuk memahami serta mengimplementasikan nilai tersebut. Guru tidak hanya mengajarkan materi akan tetapi juga mengajak siswa melakukan aksi nyata seperti pengelolaan sampah dan penghematan energi, menjadikan sekolah sebagai laboratorium lingkungan yang hidup. Lingkungan sekolah juga berperan penting sebagai contoh praktik yang baik melalui pengelolaan fasilitas yang ramah lingkungan. Dengan kolaborasi yang baik antara guru, siswa, dan lingkungan sekolah, kurikulum hijau dapat menjadi strategi mengatasi kurangnya literasi energi, pemborosan energi di sekolah, dan kerjasama integrasi isu energi dalam pembelajaran, sekaligus membentuk generasi yang sadar dan bertanggung jawab terhadap ekosistem yang terancam.

        Seperti yang telah diuraikan, kurikulum hijau dapat secara efektif mengatasi kurangnya literasi energi di lingkungan siswa, yang menyebabkan rendahnya kesadaran untuk menggunakan energi secara efisien dan ramah lingkungan. Selain itu, integrasi isu energi dalam materi pembelajaran yang lebih baik akan memastikan siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang memadai tentang pentingnya pengelolaan energi. Oleh karena itu, perlu adanya strategi pendidikan yang kuat, seperti penerapan kurikulum hijau yang mengedepankan pendidikan berkelanjutan serta peran aktif guru dan lingkungan sekolah. Dengan demikian, diharapkan generasi muda dapat menjadi pelopor dalam melestarikan sumber energi dan lingkungan demi masa depan yang lebih baik dan sehat.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun