Mohon tunggu...
luluay chilyata ficha fuadi
luluay chilyata ficha fuadi Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya seorang mahasiswa di salah satu PTKIN di Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sutudi Kasus

8 Juni 2025   00:00 Diperbarui: 7 Juni 2025   23:07 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

STUDI KASUS TENTANG EKONOMI

KASUS : Krisis keuangan PT Sritex (2023)

PT Sritex, yang dikenal sebagai produsen tekstil dan pakaian jadi terbesar di Indonesia, menghadapi masalah keuangan serius pada tahun 2023. Hingga September 2022, perusahaan ini tercatat memiliki total liabilitas sebesar US$1,6 miliar (sekitar Rp24,66 triliun). Mayoritas utang tersebut berasal dari pinjaman bank dan obligasi yang memiliki bunga tinggi. Krisis ini semakin parah dengan terancamnya perusahaan untuk dihapus dari daftar Bursa Efek Indonesia (delisting), yang dapat mengakhiri statusnya sebagai perusahaan public.

  • Motif Ekonomi
  • Motif ekonomi utama dalam kasus ini adalah keuntungan finansial. Sritex berusaha memperluas kapasitas produksinya melalui ekspansi dan investasi besar. Namun, strategi ini mengarah pada peningkatan utang yang tidak terkendali. Keinginan untuk tumbuh dan bersaing di pasar global memotivasi perusahaan untuk mengambil risiko finansial yang akhirnya membebani arus kas dan solvabitasnya.

  •  Perilaku Ekonomi
  • Perilaku ekonomi yang terlihat adalah pengambilan keputusan investasi yang kurang ati-hati. Manajemen Sritex tampaknya kurang mempertimbangka risikolikuiditas dan kemampuan membayar utang jangka panjang. Selain itu, perusahaan juga tampak kurang fleksibel dalam menyesuaikan strategi bisnis dengan perubahan kondisi pasar global, seperti penurunan permintaan eskpor dan fluktuasi harga bahan baku.

  • Prinsip Ekonomi
  • Tiga prinsp ekonomi yang relevan dengan kasus ini:
  • Prinsip Efisiensi : Sritex gagal meggalokasikan sumber daya secara efisien, terlihat dari pembengkakan utag tidak diimbangi dengan peningkatan ppendapatan yang signifikan.
  • Prinsip kehati-hatian : Perusahaan kurang menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan keuangan, yag tercermin dari keputusan untuk mengambil utang besar tanpa mempertimbangkan kemampuan bayar jangka Panjang.
  • Prinsip insentif : keputusan untuk ekspansi dan investasi besar didorong oleh insentif untuk meningkatkan pangsa pasar da keuntungan, namun tanpa mempertimbangkan dampak jangka Panjang terhadap Kesehatan keuangan perusahaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun