Ilmuwan Juga Nge-coding, Tapi...
Jujur aja, kalau dengar kata scientist, yang terbayang biasanya orang dengan jas lab, rambut acak-acakan, dan papan tulis penuh rumus aneh. Tapi zaman sekarang, banyak ilmuwan malah lebih akrab sama VS Code daripada tabung reaksi. Mereka bikin software untuk simulasi, analisis data, atau ngejar solusi dari teori yang bahkan Einstein pun bakal mikir dua kali.
Nah, di sinilah masalahnya muncul: banyak dari mereka jago teori tapi belum tentu jago ngoding. Apalagi soal Software Engineering (SE)---hal-hal kayak testing, maintainability, agile, reuse, dan kawan-kawan itu sering kali bukan bahasa sehari-hari buat mereka.
Artikel keren dari Arvanitou dkk. ini nyelam dalam banget buat ngecek seberapa sering dan seberapa bagus sih praktik SE dipakai dalam pengembangan scientific software. Dan hasilnya? Yah... campur aduk.
Mapping-nya Bukan Peta Harta Karun, Tapi Tetap Berharga
Penelitian ini pakai metode Systematic Mapping Study, bukan buat cari emas, tapi buat klasifikasi 359 studi yang ngomongin praktik SE dalam konteks software ilmiah. Dari ratusan artikel itu, mereka mencoba menjawab 3 hal:
SE practice apa aja sih yang sering dipakai ilmuwan?
Kualitas apa yang mereka incar dari software-nya?
Seberapa banyak bukti empiris soal pengaruh praktik SE itu?
Dan jawabannya... ya gitu deh. Beberapa praktik SE mulai merambah dunia ilmiah, tapi ada juga yang masih dianggap alien.
Yang Hits di Kalangan Ilmuwan
Praktik yang paling sering muncul? Reuse! Ilmuwan ternyata doyan banget pakai library atau API daripada ngoding dari nol. "Ngapain susah-susah kalau bisa pinjam kode orang lain?" katanya. Selain itu, mereka juga tertarik sama programming techniques (kayak OOP, AOP, MDE), arsitektur paralel, dan testing---terutama automated testing, biar bisa tidur tenang waktu simulasinya jalan semalaman.
Menariknya, Component-Based Software Development dan Development Frameworks juga mulai dilirik. Artinya, ada upaya buat bikin software ilmiah yang modular dan gampang dikembangkan lagi---nggak cuma sekali pakai lalu dibuang kayak tisu.