Mohon tunggu...
Luh Made Kurnia Dewi
Luh Made Kurnia Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa/Universitas Pendidikan Ganesha

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dibangun oleh Logika, Dihidupkan oleh Tradisi: Arsitektur Rumah Adat dalam Lensa Matematika dan Sains

13 April 2025   10:12 Diperbarui: 13 April 2025   10:12 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: https://www.arsitag.com/article/rumah-gadang-rumah-tradisional-minangkabau)

Arsitektur tradisional Indonesia tidak hanya merepresentasikan warisan budaya dan nilai estetika, tetapi juga mencerminkan kecerdasan lokal yang luar biasa. Di balik tiang-tiang kayu, struktur atap, dan pembagian ruang, tersimpan penerapan prinsip-prinsip matematika dan sains yang terinternalisasi dalam praktik kehidupan masyarakat adat. Rumah adat bukan sekadar tempat tinggal; ia adalah hasil karya rekayasa yang menyatukan tradisi dengan logika. Ilmu yang membentuk rumah-rumah adat tersebut dikenal dalam kajian modern sebagai etnomatematika dan etnosains---ilmu yang mempelajari bagaimana konsep-konsep matematika dan sains hidup dalam praktik budaya masyarakat tradisional. Artikel ini mengupas bagaimana logika ilmiah---baik sadar maupun tidak sadar---telah menjadi bagian dari arsitektur adat yang bertahan lintas generasi.

1. Etnomatematika dalam Arsitektur Tradisional

a. Geometri dan Simetri dalam Struktur Bangunan

Banyak rumah adat di Indonesia menggunakan bentuk-bentuk geometri dasar seperti segitiga, persegi panjang, dan lingkaran. Misalnya, rumah adat Joglo dari Jawa dan rumah Limasan memanfaatkan bentuk atap segitiga untuk mendistribusikan beban dan mempercepat aliran air hujan. Simetri digunakan untuk menciptakan keseimbangan visual sekaligus simbolik---menggambarkan harmoni antara manusia dan alam.

b. Rasio, Proporsi, dan Satuan Tradisional

Perancang rumah adat menggunakan satuan pengukuran yang berbasis tubuh manusia seperti depa, hasta, jengkal, dan bahkan jumlah langkah. Hal ini menciptakan proporsi bangunan yang sesuai secara ergonomis. Selain itu, rumah adat Toraja, Minangkabau, dan Batak menggunakan rasio tertentu dalam tinggi dan lebar rumah untuk menciptakan stabilitas struktural dan estetika.

c. Pola Fraktal dan Repetisi

Motif ukiran, anyaman dinding, dan pola pada atap sering kali memperlihatkan pola fraktal---pola berulang yang semakin kecil atau besar dalam bentuk yang konsisten. Hal ini bukan hanya estetika, tapi juga mencerminkan pemahaman tentang keteraturan alam dan spiritualitas yang berulang dalam siklus hidup.

2. Sains dalam Arsitektur Tradisional

a. Fisika Struktural dan Ketahanan Gempa

Banyak rumah adat seperti rumah panggung Bugis, rumah Gadang Minangkabau, dan rumah adat Papua didesain fleksibel dan tahan terhadap guncangan. Struktur kayu disambung tanpa paku, menggunakan sistem pasak yang bisa bergerak mengikuti getaran tanah---konsep yang sejajar dengan prinsip mekanika elastisitas dalam fisika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun