Belajar merupakan kebutuhan dasar setiap insan di muka bumi. Belajar membuat seseorang dapat meraih kebijaksanaan dengan cara mencari dan mengamalkan ilmu secara konsisten.Â
Secara umum tujuan dari belajar sendiri adalah untuk merubah manusia menuju sikap yang lebih dewasa. Belajar memerlukan metode-metode tertentu agar tujuannya dapat tercapai secara maksimal. Banyak sekali teori-teori belajar yang dikemukakan para ahli, salah satunya adalah Edward Lee Thorndike.
Disertasi Edward Lee Thorndike yang berjudul Experimental Study of the Associative Process in Animals (1898) adalah pelopor dari studi laboratorium dengan subyek binatang. Thorndike berpendapat bahwa tujuan pokok mempelajari fikiran binatang adalah untuk menemukan perkembangan kehidupan mental dalam spesies-spesies yang berbeda.Â
Dia melakukan uji coba terhadap binatang untuk mengetahui pemecahan masalah yang bisa dilakukan, apakah bisa dengan jalan berfikir atau melalui serangkaian proses yang mendasar.Â
Dari penelitiannya Thorndike menyimpulkan bahwa proses respon binatang bisa lepas dari sangkar diasosiasikan dengan situasi stimulus dalam belajar coba-coba, trial and error. Respon akan mengalami penguatan jika dicoba secara berulang-ulang. Teori ini dikenal dengan kondisioning instrumental.
Teori milik Thorndike menemui kendala. Binatang memerlukan pengulangan yang cukup banyak untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Jika dikaitkan dengan cara manusia belajar ternyata berbeda.Â
Manusia dapat berfikir terlebih dahulu tentang akibat apa yang dilakukan dan menyampingkan alternatif- alternatif yang tidak memberikan hasil. Bila manusia telah menemukan konsep pemecahan masalah, maka ia akan mengingatnya dan menerapkannya untuk permasalahan mendatang.Â
Dengan demikian cara belajar yang diterapkan pada binatang tidak serta merta dapat diterapkan pada manusia. Karena metode belajar manusia dapat berbeda-beda sesuai dengan kepribadian, kesanggupan, dan gaya belajarnya.