Kondisi tersebut diperparah juga dengan perubahan jam keberangkatannya, di mana kereta api tersebut diberangkatkan dari Stasiun Ketapang pada pukul 17.30 WIB dan dari Stasiun Yogyakarta pukul 20.05 WIB. Masing-masing tiba di Surabaya pada tengah malam.
Operasional Kereta Api Mutiara Timur juga sudah tidak reguler. Hanya beroperasi pada tanggal tertentu. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan jadwal dan relasi kereta api ini tidak terlalu baik, yang dibuktikan dengan rendahnya okupansi penumpang.Â
Logikanya, jika okupansi penumpang baik, tentunya kereta api ini akan beroperasi reguler dan ada kemungkinan dijalankan versi fakultatifnya (tambahan).
Tidak mengejutkan jika pada akhirnya Mutiara Timur kehilangan pangsa pasarnya. Mengingat lintas Banyuwangi-Yogyakarta sudah ter-cover dengan layanan Kereta Api Sritanjung dan Wijayakusuma.Â
Kedua kereta api tersebut memiliki waktu keberangkatan yang sudah bisa dikatakan enak. Bahkan, Wijayakusuma sudah sukses mengalahkan Mutiara Timur dan mengambil alih pangsa pasarnya.
Hilangnya jadwal Kereta Api Mutiara Timur di waktu pagi antara pukul 8-9 dan malam antara pukul 22-23 baik dari Surabaya Gubeng maupun Ketapang ini menyebabkan perubahan perilaku pelanggan kereta api.Â
Mutiara Timur terkenal dengan jadwalnya yang cocok dengan kereta api lainnya dari arah barat Surabaya. Umumnya, kereta api ini menjadi pilihan bagi masyarakat yang akan melanjutkan perjalanannya ke Banyuwangi.
Saya sendiri merasakan manfaat dari jadwal perjalanan Mutiara Timur ini. Pada tahun 2012, jadwal kereta api ini sangat cocok bagi saya yang akan melakukan perjalanan dengan Kereta Api Bima dan juga cocok dengan jadwal kedatangan Kereta Api Argo Wilis. Waktu tunggu di Stasiun Surabaya Gubeng cukup ideal.
Demikian juga waktu saya kehabisan tiket untuk kembali ke kampung halaman di Banyuwangi dari Kota Malang.Â
Saya bisa memanfaatkan Kereta Api Penataran dari Malang menuju Surabaya untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan Kereta Api Mutiara Timur dari Surabaya menuju Banyuwangi. Begitu juga sebaliknya ketika akan kembali ke Kota Malang.
Dengan tidak adanya slot waktu keberangkatan yang tepat, pada akhirnya mau tidak mau pelanggan kereta api tidak punya pilihan lain untuk menuju ke Banyuwangi apabila melakukan transit di Gubeng. Satu-satunya kereta api yang tersedia di waktu pagi adalah Probowangi.