Konflik perbatasan Kamboja-Thailand yang meletus pada Juli 2025 telah menjadi ujian nyata bagi relevansi dan efektivitas ASEAN sebagai organisasi regional. Ketika artileri bergema sepanjang perbatasan Kamboja-Thailand pada Juli, ASEAN bergerak cepat namun secara diam-diam di balik layar (behind the scene).Â
Pendekatan quiet diplomacy atau diplomasi sunyi yang dipimpin Sekretaris Jenderal (Sekjen) ASEAN, Kao Kim Hourn, berhasil mencegah eskalasi lebih lanjut, namun juga mengangkat pertanyaan fundamental tentang evolusi diplomasi ASEAN dan kemampuannya menghadapi krisis intra-regional di masa depan.
Konflik yang berakhir dengan gencatan senjata tanpa syarat pada 28 Juli 2025 ini merupakan test case paling signifikan bagi ASEAN sejak krisis Myanmar. Perselisihan lima hari yang meninggalkan puluhan korban jiwa memaksa organisasi regional ini untuk membuktikan relevansinya dalam mengelola konflik antaranggota.Â
Ketidakbertindakan terhadap konflik Thailand-Kamboja akan merusak raison d'être ASEAN dari hari ke hari. Yang menarik adalah bagaimana ASEAN memilih pendekatan yang berbeda dari respons konvensionalnya terhadap krisis regional selama ini.Â
Alih-alih mengandalkan pernyataan diplomatik formal atau mekanisme institusional yang kaku, ASEAN di bawah kepemimpinan Sekjen Kao Kim Hourn mengadopsi strategi quiet diplomacy yang terbukti lebih pragmatis dan efektif dalam konteks ini.
Peran Sekretaris Jenderal ASEAN
Kepemimpinan Kao Kim Hourn dalam krisis ini menandai evolusi signifikan dalam peran Sekjen ASEAN. Sebagai diplomat Kamboja yang berpengalaman, Kao Kim Hourn berhasil menavigasi sensitivitas politik kedua negara yang berkonflik sambil mempertahankan netralitas institusional ASEAN.Â
Pendekatan personalnya dalam diplomasi behind-the-scenes menunjukkan bahwa posisi Sekretaris Jenderal dapat menjadi lebih aktif dan operasional, bukan sekadar administratif.
Quiet diplomacy yang dipimpin Kao Kim Hourn berbeda dengan pendekatan tradisional ASEAN yang cenderung menghindari intervensi langsung dalam konflik bilateral antaranggota.Â
Dalam kasus ini, ASEAN secara proaktif memfasilitasi dialog dan memberikan good offices untuk mencegah eskalasi, menunjukkan kematangan organisasi dalam menghadapi krisis regional.