Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Itu adalah sebagian kutipan yang disampaikan Bung Karno (Presiden pertama Indonesia) dalam memberikan semangat bahwa cita-cita atau target hidup itu harus dibuat setinggi dan semaksimal mungkin.
Di satu sisi, kutipan itu memiliki aspek positif bahwa cita-cita yang setinggi langit akan memberikan motivasi tinggi pula untuk meraihnya. Namun demikian, sisi negatifnya adalah bahwa di atas langit masih ada langit dan seterusnya.Â
Lalu, di langit mana sebaiknya kita gantungkan cita-cita kita? Konon, cita-cita itu hanya dapat digantungkan di langit ke tujuh... hehehe...
Akibatnya adalah target hidup menjadi tidak jelas. Terlalu tinggi menggantungkannya, cita-cita menjadi muluk-muluk. Target hidup menjadi sukar diraih lagi. Target dipancangkan menjadi tidak sesuai dengan kenyataan, tidak membumi.
Setiap orang memang memiliki target hidup. Target hidup dapat diartikan sebagai sesuatu yang diinginkan, diharapkan, dan diidam-idamkan. Sesuatu itu sifatnya bisa nyata atau konkret atau sebaliknya.
Selain itu, target hidup biasanya ingin diwujudkan dalam periode atau kurun waktu tertentu. Setiap orang diharapkan mampu mengukur diri sendiri mengenai kapan atau berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk meraih target hidup itu.
Ada orang yang berpikir untuk secepatnya mendapatkan keinginan hidupnya. Yang lain terpaksa berlama-lama untuk merealisasikan cita-cita hidupnya.
Lalu, saran atau nasihat apa saja yang harus dilakukan agar target hidup tidak muluk-muluk? Setidaknya, ada empat saran penting yang perlu dipertimbangkan ketika hendak membuat atau menentukan target hidup.
Apakah target yang sederhana itu mudah dicapai tanpa bekerja atau belajar lebih giat? Jawabannya: tidak juga.Â
Bagi mahasiswa, lulus dalam waktu 4 tahun tidak mudah. Rata-rata lama tahun lulus mahasiswa adalah 4,5 tahun. Diperlukan strategi belajar yang tepat agar dapat lulus dalam waktu 4 tahun itu.