Mohon tunggu...
LUCKI ADRIYAN MAULANA
LUCKI ADRIYAN MAULANA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

UNIVERSITAS TANJUNGPURA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengukir Hidup dari Jahitan: Kisah Perjuangan Seorang Ayah Sebagai Buruh Penjahit Terpal dalam Menafkahi Keluarganya

13 April 2024   23:55 Diperbarui: 20 Mei 2024   21:52 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi rumah Ibu Lotta Piani

Lotta Piani merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 44 tahun, beralamat di Desa Tanjung Hilir, Kecamatan Pontianak Timur, Provinsi Kalimantan Barat. Ia tinggal bersama suaminya berusia 48 tahun serta ketiga anak mereka yang masing-masing berusia 20 tahun, 12 tahun dan 8 tahun. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah dengan status rumah yaitu mengontrak yang memiliki panjang rumah 5 meter dan lebar 7 meter. Rumah ini memiliki 4 ruangan kecil yaitu terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur dan 1 ruang dapur dengan kondisi dindingnya terbuat dari setengah kayu dan setengah tembok, beratap seng, dan berlantai plester semen. Mereka memiliki WC sendiri, untuk sumber air sendiri mereka mengandalkan air hujan yang ditampung untuk minum dan memasak dan air sumur untuk mandi dan mencuci, serta untuk memasak sehari-hari mereka menggunakan kompor gas. Penerangan di rumah mereka berasal dari lampu listrik dengan daya sebesar 450 watt. Untuk kepemilikan aset keluarga, keluarga Ibu Lotta memiliki 2 buah kendaraan motor, dan juga memeliki beberapa perangkat elektronik seperti TV dengan ukuran 14 inc tetapi sudah rusak, kulkas, rice cooker, 2 buah kipas angin dan 3 buah handphone.

Kondisi kamar rumah Ibu Lotta Piani
Kondisi kamar rumah Ibu Lotta Piani
Kondisi dapur rumah Ibu Lotta Piani
Kondisi dapur rumah Ibu Lotta Piani

Dalam keluarga ini yang menjadi tulang punggung dan sumber dari pendapatan keluarga adalah suami dan anak pertamanya karena Ibu Lotta sendiri ia tidak bekerja. Suami Ibu Lotta bekerja sebagai buruh penjahit terpal di salah satu usaha jasa jahit dan servis terpal milik orang lain. Ibu Lotta mengatakan kalau suaminya sudah bekerja sebagai buruh penjahit terpal ini selama 10 tahun lamanya, di tempat usaha tersebut suami Ibu Lotta melakukan pekerjaan seperti memperbaiki dan menjahit terpal yang sudah rusak dan juga ia melayani dan menerima pesanan pembuatan terpal baru dari bahan kain, plastik, kanvas maupun karet. Untuk harga servis nya sendiri itu sesuai dengan tingkat kerusakan terpal. Sedangkan untuk pembuatan terpal baru, tergantung dari jenis bahan yang digunakan. Beliau bekerja setiap hari dari mulai jam 8 pagi sampai dengan jam setengah 4 sore. Dari pekerjaan tersebut upah yang didapatkan cukup minim tergantung dari ramai atau tidaknya pesanan dari pelanggan, biasanya suami Ibu Lotta diupah berkisar antara Rp. 75.000 sampai dengan Rp 100.000 per hari. Sehingga total pendapatan keluarga dalam satu bulan yaitu berkisar antara Rp. 1.800.000 sampai dengan Rp. 2.400.000. Kemudian, tulang punggung keluarganya yang kedua adalah anak pertama mereka yang berusia 20 tahun, yang pada tahun ini baru diterima berkerja sebagai kasir di salah satu minimarket di daerah dekat tempat mereka tinggal.

Keluarga Ibu Lotta menerima dua jenis bantuan sosial yaitu Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sejak 5 tahun yang lalu. Untuk PKH, bantuan yang ia dapatkan yaitu termasuk dalam kategori anak sekolah SD, berupa bantuan uang tunai sebesar Rp 150.000 per bulan dan pengambilan uang diambil melalui kantor pos. Khusus BPNT, pada tahun 2020-2023 Ibu Lotta masih menerima bantuan berupa sembako seperti beras 10 kg, minyak goreng 1 liter, dan telur 10 butir. Untuk pengambilan sembako tersebut diambil di e-warung. Namun, pada tahun 2024, sembako tersebut diubah menjadi uang tunai sebesar Rp. 200.000 per bulan dan pengambilan uangnya di kantor pos. Kedua bantuan sosial tersebut diterima Ibu Lotta tidak secara serempak, terkadang bantuan PKH yang duluan diterima Ibu Lotta, baru kemudian disusul oleh BPNT. Dalam program bantuan sosial ini, Ibu Lotta pernah mengalami kendala dimana pada tahun 2023 tepatnya di bulan Agustus, saat itu Ibu Lotta sempat tidak menerima bansos PKH dan BPNT selama satu bulan. Alasannya saat ditanya kepada petugas pendamping bansos, tidak ada kejelasan mengenai mengapa Ibu Lotta tidak mendapatkan bantuan sosial ini.  Ibu Lotta berharap ke depannya, proses penyaluran bansos bisa lebih lancar dan tidak terjadi lagi kendala seperti itu. Ia juga berharap besaran bantuan bisa ditingkatkan agar dapat lebih membantu mengurangi beban kebutuhan keluarganya.

Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada Februari-Maret 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun