Sejarah Singkat Berdirinya FC Barcelona
Slogan "Ms Que Un Club" kerap kali kita lihat dalam tubuh FC Barcelona. Semboyan tersebut berasal dari pembentukan klub pada tahun 1899, ketika seorang imigran Swiss mendirikan apa yang sekarang dikenal sebagai "Barca". Hans Max Gamper-Haessig, yang terpesona oleh Catalonia dan kemudian mengubah namanya menjadi Joan Gamper, mendirikan Barca sebagai klub keanggotaan. Bahkan saat ini, para anggota membayar biaya tahunan untuk menjadi bagian dari apa yang oleh banyak orang dianggap sebagai salah satu klub sepak bola dengan tata kelola terbaik di dunia.
Sedari awal, Barcelona telah menjadi titik fokus identitas Catalan, sekaligus simbol demokrasi. Begitu pentingnya hal itu sehingga pada tahun 1925 Perdana Menteri Spanyol saat itu, Primo de Rivera, menuduh Gamper dan Barca mempromosikan Referendum Catalan. Kemudian, selama Perang Saudara Spanyol, Camp Nou (Stadion Markas FC Barcelona) menjadi salah satu dari sedikit ruang di kota tempat orang-orang dapat berbicara secara terbuka dalam bahasa Catalan.
FC Barcelona juga menjadi harapan rakyat Catalan sebagai antitesis dari klub-klub yang diberikan gelar Real dan mahkota yang merepresentasikan pemberian gelar kehormatan oleh Raja Spanyol seperti: Real Madrid, Real Betis, RCD Espanyol dan masih banyak lagi.
Catalunya is not Spain?
Perlu diketahui bahwasanya Kerajaan Spanyol terdiri dari 17 komunitas otonom, dan Catalunya merupakan salah satunya. Komunitas otonom di Spanyol memiliki parlemen, pemerintah dan administrasi publik, anggaran dan sumber daya mereka sendiri. Luas Catalunya sendiri adalah 32.114 km yang merupakan 6% dari luas Kerajaan Spanyol, Kota Barcelona merupakan jantung utama dari komunitas otonom Catalunya. Independensi mereka dalam bidang ekonomi membuat selling point mereka tinggi karena pendapatan Catalunya merupakan satu per lima dari PDB Kerajaan Spanyol dengan ekonomi lebih dari 215 miliar ekspor mereka mewakili satu per empat dari ekspor Kerajaan Spanyol.
Konflik dengan Kerajaan Spanyol kerap terjadi karena pajak yang diberlakukan terhadap Catalunya jauh lebih tinggi daripada wilayah-wilayah lain di Spanyol. Mengutip data Kementerian Keuangan Spanyol, Catalunya harus membayar pajak sebesar 12 miliar dolar AS tiap tahun kepada pemerintah Spanyol yang berpusat di Madrid dan menerima pendapatan balik yang tidak sebanding. Apabila dipandang dari segi sosial, masyarakat Catalunya memiliki pandangan bahwa mereka berbeda dengan masyarakat Spanyol. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa; sebagian besar wilayah di Spanyol menggunakan bahasa dan budaya yang serupa, sedangkan Catalunya memiliki bahasa dan budaya yang berbeda dari Spanyol secara umum.
Pada 27 September 2014, Presiden Catalunya saat itu, Artur Mas, menandatangani dekrit yang menyatakan bahwa Catalunya akan menggelar referendum. Hasilnya, sebanyak 80,6% warga Catalunya menyatakan setuju untuk berpisah dari Spanyol. Kemenangan tidak resmi ini disambut baik oleh sang presiden. Ia menyatakan bahwa hal ini merupakan sebuah keberhasilan besar yang menjadi pengingat bagi Spanyol bahwa Catalunya masih memiliki hasrat untuk memisahkan diri. Di sisi lain, referendum ini dianggap ilegal oleh Mahkamah Konstitusi Spanyol. Pemerintah Kerajaan Spanyol pun segera mengambil langkah antisipatif dengan menerapkan Pasal 155 Konstitusi Spanyol, yang memungkinkan pemerintah pusat mencabut otonomi Catalunya untuk sementara waktu, mengambil alih administrasi, dan menyelenggarakan pemilu guna membentuk pemerintahan daerah yang baru.
Ketegangan antara kedua kubu tidak hanya disebabkan oleh beberapa aspek tersebut, tetapi juga memiliki latar belakang panjang yang berakar pada masa pemerintahan Jenderal Franco, salah satu tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Spanyol.
Jenderal Franco, Madridista yang Diktator!
Diawali oleh keputusan Jenderal Franco yang melarang penggunaan bendera dan bahasa daerah Catalan, FC Barcelona kemudian menjadi satu-satunya tempat di mana sekumpulan besar orang dapat berkumpul dan berbicara dalam bahasa daerah mereka. Warna biru dan merah Barcelona menjadi pengganti yang mudah dipahami dari warna merah dan kuning (bendera) Catalunya.
Jenderal Franco kemudian bertindak lebih jauh. Presiden Barcelona waktu itu, Josep Suol, dibunuh oleh pihak militer pada tahun 1936, dan sebuah bom dijatuhkan di FC Barcelona Social Club pada tahun 1938. Di lapangan sepak bola, titik nadir permusuhan ini terjadi pada tahun 1941 ketika para pemain Barcelona "diinstruksikan" (dibawah ancaman militer) untuk kalah dari Real Madrid. Barcelona kalah dan gawang mereka kemasukan 11 gol dari Real Madrid. Sebagai bentuk protes, Barcelona bermain serius dalam sebuah serangan dan mencetak satu gol. Skor akhir 11-1, dan satu gol tersebut membuat Jenderal Franco kesal. Kiper Barcelona kemudian dijatuhi tuduhan "pengaturan pertandingan" dan dilarang untuk bermain sepak bola lagi seumur hidupnya.
Oleh karena tragedi tersebut, FC Barcelona mengukuhkan dirinya sebagai "anti-franco" dan menjadi simbol perlawanan Catalunya terhadap Jenderal Franco dan secara umum, terhadap Spanyol. Hal serupa juga terjadi pada klub asal Basque, Athletic Bilbao, yang hingga kini tetap memegang idealismenya untuk hanya merekrut pemain asli Basque. Namun, dari segi prestasi, mereka tidak semoncer Barcelona---meskipun keduanya belum pernah terdegradasi dan sama-sama dikenal sebagai penguasa Copa del Rey. Sementara yang dijadikan simbol musuh, tentu saja, adalah klub kesayangan Jenderal Franco yang bermarkas di ibu kota Spanyol, Real Madrid.