Mohon tunggu...
Samsul Zakaria
Samsul Zakaria Mohon Tunggu... -

Aku adalah seorang pejuang yang datang dari Lampung ke Kota Jogja untuk sebuah misi besar yaitu demi merubah kehidupan menjadi lebih baik dengan bekal ilmu dan wawasan yang didapat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepak Bola: (Surat Cinta untuk Timnas Indonesia)

27 November 2012   12:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:35 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Samsul Zakaria (Ka’ Sams)

Kepada timnas Indonesia di medan laga

Perhelatan akbar itu sudah bermula. Hasil pertandingan perdana menjadi santapan malam anak bangsa. Engkau yang telah berjuang dengan sekuat tenapa. Aku sampaikan selamat berbahagia. Permainanmu yang cukup cantik menjadi hiburan yang sayang untuk dilewatkan. Apalagi, engkaulah harapanku dan segenap anak bangsa. Padamu, harga diri bangsa ini dititipkan. Jadikan itu sebagai acuan dan bukan sebuah beban.

Pertandingan memang bukan masalah menang atau sebaliknya: kalah. Sportivitas tetap harus menjadi acuan utama apalagi dalam olahraga semacam ini: sepak bola. Tetapi ini menjadi lain alias berbeda karena menyangkut nilai bangsa: harga ini. Karenanya, sebenarnya engkau tidak sendiri di medan tarung sana tetapi bersama kami: bangsa Indonesia. Lapangan itu adalah milik kita –dalam bahasa Amir Machmud NS–, muara kegumpalan: masalah.

Aku tahu bahwa engkau sedang berada dalam kondisi yang tidak menentu. Akhirnya, konsentrasi dan pikiranmu terbagi-bagi. Tetapi, kali ini lupakan itu semua, dan tugasmu adalah melakukan yang terbaik. Aku dan seluruh anak bangsa berada di belakangmu, mendukungmu penuh kesetiaan. Jika ada yang membenci karena “buruknya” penampilanmu, anggap itu adalah angin lalu, tak perlu kau hiraukan.

Aku tahu bahwa sepak bola bukan perkara spekulasi belaka. Hitung(-hitung)an di atas kertas menjelang pertandingan seringkali benar pada akhirnya. Ada musuh yang memang sudah kalah di atas kertas atau sebaliknya: menang. Namun, apa di dunia ini yang tidak mungkin, jika engkau menyadarinya? Optimisme dan keyakinan lebih adalah modal besar dalam sebuah pertandingan.

Persiapan yang matang memang harus engkau lakukan. Kata orang bijak, persiapan yang maksimal adalah separuh keberhasilan dan bagimu itu berarti sebuah kemenangan. Ingat, jaga kondisi tubuhmu selama masa pertandingan supaya tidak ada kendala nantinya. Sukses tidaknya segala sesuatu selalu bertalian erat dengan restu dari “atas” sana. Tundukkan kapalumu, ingat Tuhanmu, dan sampaikan hajatmu pada-Nya.

Sungguh, sebenarnya sangat ironis apa yang terjadi dalam dunia olahraga semisal sepak bola. Proses dalam sebuah pertandingan itu tidak dihitung sama sekali. Kemenangan mutlak ditentukan oleh lolosnya bola ke gawang lawanmu. Seberapa baik performamu kalau engkau tidak berhasil meloloskan bola ke gawang lawan, masihkah disebut sebagai kemenangan? Andai lawanmu tidak mampu melakukan hal yang sama, hanya hasil imbanglah yang engkau terima.

Begitulah kehidupan, ada aturan tertentu yang sudah menjadi kesepakatan bersama. Oleh karena itu, fokuslah pada bagaimana goal itu tercipta. Pastinya, dengan tetap menampilkan performa terbaik. Sebab, seandainya kekalahan yang kau dapati, aku dan bangsa ini masih bisa tersenyum bahagia, menikmati suguhanmu lewat performa terbaikmu. Dan biasanya, performa (ter)baik memang akan berakibat pada hasil yang baik: goal ke kandang lawan.

Terakhir, harapanku dan anak bangsa begitu besar padamu. Namun, aku pun menyadari bahwa bukan kewajibanmu untuk menyapu bersih lawan-lawanmu. Tugasmu adalah bagaimana mengusahakan sepenuh tenaga dengan penuh keyakinan dan keikhlasan. Kepadamu, aku sampaikan “surat cinta” ini. Semoga menjadi pemantik semangat, bahwa dalam dunia olahraga apa yang awalnya “mustahil”, mungkin saja terjadi. Selamat bertanding!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun