Mohon tunggu...
elde
elde Mohon Tunggu... Administrasi - penggembira

penggembira....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Andai Facebook Milik Orang Arab

14 Oktober 2014   20:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:03 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pertemuan pendiri facebook Mark Zuckerberg dengan presiden terpilih Joko Widodo, menjadi berita hangat dan menuai pro kontra menanggapinya. Sudah dipastikan kebanyakan yang kontra dengan kunjungan salah satu orang terkaya di dunia tersebut adalah yang kemarin tidak memilih Jokowi sewaktu pilpres. Sebagai pihak berseberangan, tentunya apapun yang dilakukan oleh Jokowi jika berhubungan dengan pihak asing (baca.barat), dicurigai bahwa Jokowi hanya dijadikan boneka mereka untuk menguasai perekonomian negeri ini. Bahkan ada yang mengistilahkan pertemuan tersebut ibarat Jokowi menyodorkan leher bangsa ini kepada asing..untuk digorok. Sadis.

Dalam era globalisasi, suatu keniscayaan suatu bangsa tidak akan membuka hubungan dengan bangsa lain. Baik hubungan diplomatik hingga masalah perekonomian. Jika hubungan tersebut bertujuan saling menguntungkan dan bisa berjalan baik, rapopo. Kita harus menyadari bahwa bangsa Indonesia belum bisa disejajarkan dengan bangsa2 maju lainnya seperti Cina, Jepang, Amerika dan beberapa negara di Eropa. Dengan jumlah penduduk besar dan masyarakatnya yang konsumtif, ini menjadi pasar bisnis yang menggiurkan bagi negara lain. Jadi tidak heran bila banyak pengusaha dari luar yang ingin menanamkan modal ke Indonesia. Namun inipun dengan catatan jika situasi negara aman dan bisnis yang akan dijalankan tidak terganggu. Untuk menjalankan roda perekonomian, investasi pengusaha dari luar sangat dibutuhkan. Hanya saja pemerintah harus cermat melakukan peraturan maupun perjanjian kontrak.

Sudah sering dikatakan oleh Jokowi sewaktu dalam pilpres kemarin. Kontrak2 dengan pihak asing yang sekiranya sangat merugikan negara, akan ditinjau ulang lagi. Menyikapi pertemuannya dengan Mr. Zuckenberg yang berencana menjalin hubungan meningkatkan penggunaan fasilitas internet khususnya facebook, tidak serta merta Jokowi pun langsung menyetujuinya. Keputusan akan diambil jika sudah melakukan penelitian maupun memperhitungkan untung ruginya. Belum juga keputusan adanya kerjasama saja ternyata suara2 sumbang sudah banyak bermunculan dan menyalahkan Jokowi. Terbukti Jokowi antek asing dan segala macam tuduhan lainnya.

Kadang sangat lucu cara pemikiran yang digunakan oleh mereka. Hal-hal berbau asing atau aseng yang dialamatkan pada negara2 barat dan ras tertentu, dianggap sesuatu yang "haram" untuk dilakukan. Namun sikap berbeda akan ditunjukkan jika hal tersebut datang dari negara-negara Arab atau sejenisnya. Ini mengingatkan kejadian waktu pilpres kemarin ketika Jokowi menerima tamu duta besar dari Vatikan dan negara barat lainnya. Bermunculan tuduhan bahkan menjurus fitnah bahwasanya Jokowi memang hanya akan dijadikan boneka untuk kepentingan mereka. Namun saat mantan gubernur DKI tersebut menerima kunjungan duta besar dari negara timur tengah termasuk Arab Saudi, tuduhan antek asing tidak ada sama sekali. Mingkem tanpa suara.

Hal yang membuat jadi berandai-andai. Seumpama Mark Zuckerberg pemilik facebook itu adalah orang arab, reaksi mereka yang bukan pemilih Jokowi kemungkinan juga akan berbeda. Secara segalanya yang berbau arab (walau ini jg asing) tapi dianggap jauh lebih "halal" dan menguntungkan dari asingnya orang barat. Asing..aseng ..asong...au ah..gelap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun