Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Busana dari Kertas Koran, X-pressi Remaja 2012

1 Mei 2012   03:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:53 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_178407" align="alignleft" width="640" caption="Tanggapan Peserta Atas Presentasi Kelompok (Foto: dokpri trilokon)"][/caption]

Wajah Ni Made Wulandari dan Serlia Bawan tampak membuncah letih. Sambil duduk lesehan beralaskan lantai keramik di salah satu ruang sempit 2 kali 2 meter, dua gadis remaja berseragam sekolah SMA itu sedang berkutat dengan potongan-potongan kertas koran bekas. Peralatan seperti gunting, lem, spidol, penggaris berhambur tak karuan di antara sisa-sisa potongan kertas koran bekas.

“Tegang amat cewek-cewek itu.” komentar salah satu Ibu pengunjung mall Mantos, siang itu. “Nyanda tegang kok. Mereka tekun dan sangat cermat membuatnya, hingga wajahnya kelihatan serius. Boleh juga anak remaja bisa begitu serius” lanjutnya sambil tersenyum kecil tanda menyukai.

Keriuhan ribuan siswa pada acara Xpressi Party Spektakuler 2012 yang diselenggarkan oleh Manado Post, di Manado Town Square 2, hari Jumat itu (27/4), memang luar biasa. Tercatat ada 14 tim SMP dan 28 tim SMA se Sulut mengikuti lomba hingga memadati Mantos Mall 2. Ajang kompetisi buat remaja SMP/SMA digelar setiap tahun. Tak ajal lagi iven itu menjadi unjuk kebolehan setiap siswa yang mewakili sekolahnya.

Bagi Ni Made Wulandari dan Serlia Bawan hingar bingar suasana itu tak mempengaruhi usahanya untuk mengikuti “handmade competition” bersama 29 tim peserta lainnya. Dua remaja itu tetap berkutat dengan koran-koran bekas yang dibawanya dari asrama. “Saya akan membuat gaun dari kertas-kertas koran bekas ini” jawab Ni Made Wulandari saat ditanya soal ide dan gagasannya.

Di tempat lain, beberapa peserta tampak memanfaatkan payung bekas, plastik-plastik bekas air mineral, makanan ringan dan tutup-tutup botol yang sudah menjadi limbah sampah siap dibuang. Setelah menunggu sedikit lama, pendauran ulang sampah itu mulai kelihatan wujudnya. Terlihat,sebuah tas plastik indah dengan masih mempertahankan warna asli barangnya sedang dikerjakan. Ada juga yang membuat payung, vas bunga dll.

Kali ini para remaja siswa SMP/SMA itu dihadapkan dengan konsep “Go Green” yang dikompetisikan dalam berbagai lomba. Selain “handmade” yang dibuat Ni Made dkk, juga ada “Madding Competition”, Jurnalistik dan Foto liputan kegiatan, Band, Modeling, Speech Competition.

[caption id="attachment_178404" align="alignnone" width="640" caption="Mempresentasikan Gagasan dan Ide Tentang Global Warming (Foto: dokpri.trilokon)"]

1335841264592347645
1335841264592347645
[/caption]

“Apakah remaja bisa mengambil manfaat dari konsep Go Green itu dalam kesehariannya? Masih banyak remaja yang tertangkap mata, buang sampah sembarangan sehabis makan dan minum. Apakah ini dampak dari kebiasaan mereka makan di restoran cepat saji, di mana sehabis makan pelayan pasti akan membersihkan? Ah, kalau sekedar dicerca konsep begitu dalam benaknya, apalagi dikompetisikan dengan iming-iming hadiah dan gengsi sekolah, dan tak berkelanjutan, apa jadinya pada pembentukan karakternya nanti?” batin saya sambil mengingat kejadian kepergoknya remaja buang sampah sembarangan di lokasi wisata.

Memasukan konsep Go Green mirip dengan session “Global Warming” yang saya berikan kepada para siswa saat mengikuti kegiatan Character Building belum lama ini. “Ekspresikan kon sep Global Warming kelompok anda dalam selembar karton manila ini. Saya sudah sediakan crayon sebagai alat melukis. Sebelum menuangkan dalam bentuk lukisan, silahkan diskusi dulu dalam kelompok. Setelah mendapatkan ide dan gagasan yang disepakati, baru digambar di atas kertas karton manila ini. Jangan lupa, presentasikan hasil kerja kelompok di hadapan teman-teman” kata saya memberi arahan kepada mereka.

Proses presentasi Global Warning berjalan lancar. Feedback dari teman-temannya pun juga tak kalah seru. Hampir setiap kelompok menyadari bahwa penyebab terjadinya Global Warming karena ulah manusia. Illegal logging, penggundulan hutan, pemakaian freon AC di gedung-gedung, buang sampah sembarangan, emisi karbon yang berlebihan dari kendaraan bermotor dituding oleh para remaja sebagai biang keladi menipisnya ozon dan mencairnya es di kutub. Dijelaskan juga, akbat dari itu semua adalah cuaca ekstrem melanda di belahan dunia.

[caption id="attachment_178406" align="aligncenter" width="549" caption="Ekspresi Remaja Terhadap Gobal Warming dan Go Green (Foro: dokpri Trilokon)"]

1335841344826620703
1335841344826620703
[/caption]

“I will burn u!, Save Me, The choice is ours, Before and After, Our Responsibility, Stop hurt me! Go Green. Global Warming”, itulah guratan tulisan dengan huruf besar di atas kertas kerja mereka. Sungguh luar biasa ekspresi mereka menanggapi lingkungan alam dewasa ini. Konsep, idedan gagasannya sungguh masuk di akal. Tentu, tanpa berharap banyak terhadap proses pembentukan karakter mereka mengingat masih labilnya emosi dan perasaan keremajaan mereka.

Meski masih remaja, benak mereka sudah dibuka dan diisi dengan Global Warming serta Go Green lewat berbagai iven yang dirancang oleh orang dewasa. Tak hanya itu, terjun langsung ke alam hutan pun sudah diupayakan agar mereka selain ramah dengan lingkungan alam sekitarnya juga asa untuk mencintai bumi ini ditaburkan.

1335842223154868874
1335842223154868874

Harapan itu mulai memetik hasil ketika busana kertas koran karya Ni Made Wulandari dan Serlia Bawan memenangkan juara I untuk Handmade Competition karena sangat unik dan eksentrik. “Detailnya pembuatan busana ini memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Hanya kerja keras, ketelitian dan keuletan yang membuatnya meraih juara” kata salah satu juri ketika ditanya wartawan mengapa” Dress” ini yang jadi juara I dibandingkan dengan Payung dan Tiang Serba Guna dari juara II dan III.

Kegembiraan dua gadis remaja itu dilengkapi ketika Tim Lokon II, teman satu sekolah SMA Lokon juga memenangkan juara I untuk Madding Competition. Sama dengan yang dibuat Made, bahan dasar yang digunakan Tim Lokon II untuk membuat Mading juga berasal dari sampah-sampah yang dikumpulkan dan kemudian didaur ulang menjadi Majalah Dinding Tiga Dimensi yang bermanfaat bagi banyak orang. (Pengumuman Juara dimuat di koran Manado Post, Senin, halaman 44, 30 April 2012)

Besok tanggal 2 Mei, direncanakan ada “Pawai Pendidikan” di kota Tomohon. Tapi apakah Go Green dan Global Warming itu bagian dari pendidikan? Jawabnya, “The Choice is Ours and Our Responsibility” menyitir guratan tangan mereka di atas kertas karton manila putih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun