Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Indonesia di Era Prabowo, Dari Realpolitik ke Real Moralpolitik?

15 Oktober 2025   09:01 Diperbarui: 14 Oktober 2025   23:53 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto menjadi pembicara di acara IISS Shangri-La Dialogue ke-21 2024 di Singapura (IDN Times/Istimewa) 

Tak terasa, 20 Oktober menandai setahun pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Dalam waktu sesingkat itu, banyak yang berubah --- dari wajah diplomasi, arah kebijakan, hingga cara Indonesia memposisikan diri di panggung dunia.

Di bawah kepemimpinan Prabowo, Indonesia tampak lebih aktif berbicara di forum global. Setelah satu dekade absen, Indonesia kembali tampil di Sidang Umum PBB, dan kehadiran Prabowo di KTT Perdamaian Gaza di Mesir pada Oktober lalu menjadi sorotan dunia. 

Ia tidak hanya hadir sebagai kepala negara, tetapi membawa pesan moral: "Indonesia tidak akan diam ketika kemanusiaan diinjak."

Kalimat itu menjadi semacam sinyal perubahan. Politik luar negeri Indonesia kini tak lagi hanya tentang perdagangan, investasi, atau stabilitas, tetapi tentang keberanian moral --- sesuatu yang jarang terdengar sejak lama. 

Banyak pengamat menyebut ini sebagai kebangkitan "diplomasi pertahanan," tetapi di balik istilah itu, ada hal yang lebih menarik: sebuah pergeseran dari realpolitik ke arah real moralpolitik.

Pertanyaannya: benarkah Indonesia sedang bergeser dari politik berbasis kepentingan menuju politik berbasis nurani?

Dari Realpolitik ke Diplomasi Bernurani

Selama puluhan tahun, diplomasi Indonesia dikenal "aman dan hati-hati." Kita dikenal sebagai negara yang bebas aktif, tapi dalam praktiknya sering kali "lebih bebas daripada aktif." 

Pemerintah sebelumnya cenderung menjaga jarak aman agar tak terseret konflik global. Semua demi kepentingan pragmatis: stabilitas politik dan ekonomi.

Namun, setahun terakhir ini menunjukkan arah berbeda. Prabowo tampak ingin menghidupkan kembali roh diplomasi Indonesia seperti era Bung Karno: vokal, tegas, tapi tetap rasional. 

Bedanya, kali ini ia membungkusnya dengan istilah baru --- diplomasi pertahanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun