Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Ijazah Global AI, Standar Kompetensi Dunia Tanpa Negara dan Birokrasi

10 Agustus 2025   11:30 Diperbarui: 10 Agustus 2025   11:30 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ijazah dan atribut kelulusan topi toga penanda keberhasilan akademik. (Freepik/vecstock)

Coba bayangkan sebuah dunia di mana ijazah kertas yang selama ini dibingkai rapi di ruang tamu hanya menjadi barang kenangan. 

Di masa depan itu, tidak ada lagi transkrip nilai yang harus difotokopi berkali-kali, tidak ada lagi cap stempel basah dari universitas, dan tidak ada lagi birokrasi panjang sekadar untuk membuktikan bahwa kita pernah duduk di bangku kuliah. 

Sebagai gantinya, setiap orang memiliki sebuah "ID kompetensi" yang dikeluarkan oleh kecerdasan buatan. ID ini bukan sekadar sertifikat digital, tetapi sebuah portofolio hidup yang terus diperbarui, memuat seluruh keterampilan, proyek, dan pencapaian kita dalam bentuk yang bisa dibaca dan diverifikasi secara global.

Mungkin terdengar seperti adegan dari film fiksi ilmiah. Namun, jika kita melihat perkembangan kecerdasan buatan dalam dua atau tiga tahun terakhir, terutama sejak munculnya Large Language Models seperti ChatGPT, kita sadar bahwa ide ini bukan lagi sekadar angan-angan. 

Saat ini, AI sudah mampu mengajar, menguji, bahkan memberikan umpan balik yang personal kepada penggunanya. Dengan kecepatan adopsi teknologi yang luar biasa, wajar jika muncul gagasan tentang sebuah "Ijazah Global AI" yang diakui di seluruh dunia, tanpa memandang di negara mana kita lahir atau bersekolah.

Dari Gelar Nasional Menuju Sertifikasi Universal

Selama ratusan tahun, pendidikan formal memegang posisi sebagai penentu utama kualitas seseorang di dunia kerja. Gelar sarjana menjadi tanda bahwa pemegangnya telah melewati perjalanan panjang penuh ujian, tugas, dan proses belajar. 

Namun, laporan PwC Global AI Jobs Barometer 2025 menunjukkan tren yang mengubah paradigma ini. 

Permintaan perusahaan terhadap gelar formal terus menurun, dan penurunan ini jauh lebih cepat pada pekerjaan yang sangat terdampak oleh teknologi AI. Di sektor-sektor seperti analisis data, pengembangan perangkat lunak, atau desain kreatif, yang lebih penting bukan lagi apa gelar Anda, tetapi apa yang bisa Anda lakukan hari ini.

Perubahan ini tidak datang tiba-tiba. Kita sudah melihat gelombangnya sejak awal 2010-an ketika kursus daring mulai menjadi tren. Platform seperti Coursera, edX, dan Udemy memperkenalkan konsep pembelajaran fleksibel tanpa harus datang ke kampus. 

Lalu muncul sertifikasi industri dari raksasa teknologi seperti Google, Amazon Web Services, dan Microsoft. Sertifikat ini tidak memerlukan gelar sarjana sebagai prasyarat, hanya keterampilan dan kemampuan lulus ujian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun