Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngapain Aja di Mall Kalau Nggak Belanja? Ternyata Ini Alasannya!

28 Juli 2025   10:55 Diperbarui: 28 Juli 2025   11:03 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: pikiran-rakyat.com/Freepik)

Mereka melihat-lihat, iya, tapi tidak serta-merta mengeluarkan dompet. Ini bisa jadi tanda kesadaran bahwa tidak semua yang kita lihat harus kita miliki.

Mall dan Wajah Baru Ruang Publik Perkotaan

Dulu, kita mengenal taman kota sebagai tempat berkumpul. Tapi kini, taman-taman itu kalah bersaing dengan mall. Alasannya sederhana: mall lebih nyaman, tidak panas, tidak hujan, dan---yang paling penting---bisa dikunjungi tanpa biaya. 

Ini membuat mall perlahan mengambil alih peran ruang publik di kota-kota besar. Bahkan, beberapa mall sudah menyediakan ruang baca, tempat duduk umum, hingga area terbuka yang bisa digunakan tanpa harus berbelanja.

Dalam konteks ini, para Rojali bisa dilihat bukan sebagai konsumen pasif, tapi sebagai pengguna aktif ruang publik modern. Mereka memanfaatkan keberadaan mall sebagai tempat beristirahat dari padatnya hidup, sebagai ruang sosial, dan sebagai bentuk interaksi kultural yang tak bisa ditemukan di rumah atau kantor.

Tentu saja, bagi pemilik mall atau tenant, pengunjung yang tidak belanja bisa dianggap sebagai 'bukan target utama'. Tapi jika dilihat dari kacamata yang lebih luas, kehadiran para Rojali ini justru menunjukkan bahwa mall telah berhasil menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat. 

Mereka datang bukan karena dipaksa iklan, tapi karena mall menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar barang dan diskon.

Mall tak lagi hanya soal transaksi ekonomi, tapi juga interaksi manusia. Ia bukan sekadar tempat membeli barang, tapi ruang bertemu, berdiam, bahkan merenung. 

Mall telah menjadi semacam cermin kota: ia mencerminkan kebutuhan warganya, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.

Penutup

Jadi, kalau kamu melihat seseorang berjalan sendirian di mall, duduk diam di sofa umum, atau berdiri lama di depan etalase tanpa membeli apa pun---jangan buru-buru menilai. Bisa jadi, dia sedang butuh waktu. Butuh jeda. Butuh rasa nyaman yang tak bisa ia temukan di tempat lain.

Karena sesungguhnya, tidak semua perjalanan ke mall harus diakhiri dengan belanjaan. Kadang, cukup pulang dengan kepala yang lebih ringan dan hati yang sedikit lebih tenang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun