Ada satu kisah menarik. Suatu hari, sepedanya mogok di tengah jalan. Ia berjalan mendorong sepeda hampir dua kilometer sambil membawa sapu dan kantong plastik. Seorang staf DPRK yang kebetulan lewat dengan mobilnya menawarinya tumpangan. Tapi Bang Hasan menolak halus. "Sepedanya gimana, Pak? Nggak bisa saya tinggal."Â
Ia tetap berjalan pelan, menuntun sepeda seperti menuntun anak sendiri yang sedang lelah. Setiba di kantor, ia menyapa seperti biasa, membersihkan halaman seperti tak terjadi apa-apa. Kejadian itu jadi pembicaraan banyak orang hari itu, dan dari situlah banyak pegawai mulai menaruh lebih banyak hormat padanya.
Kayuhan yang Tak Pernah Gagal Membawa Harapan
Kisah Bang Hasan seolah menampar realitas hari ini: di tengah dunia yang serba instan, masih ada orang yang berjalan perlahan tapi penuh keteguhan. Di saat banyak yang mudah menyerah ketika hidup tak sesuai harapan, ia justru terus bergerak meski dengan sepeda yang sudah renta.Â
Sepeda itu bukan hanya alat transportasi, tapi cermin dari sikap hidupnya: sederhana, teguh, dan terus melaju meski banyak tantangan.
Usianya kini 55 tahun, dan meski tubuhnya mulai melemah, semangatnya tetap utuh. Saat ditanya sampai kapan ia akan terus bekerja dan mengayuh sepeda tuanya, ia hanya menjawab pendek, "Selama saya masih bisa jalan dan sepeda ini masih bisa bergerak, saya akan terus datang."Â
Tak ada keluhan tentang gaji, tak ada cerita sedih tentang rumah kecilnya, hanya kalimat-kalimat ringan yang justru membesarkan hati siapa pun yang mendengarnya.
Banyak pegawai muda yang baru masuk kantor mungkin belum tahu siapa Bang Hasan sebenarnya. Tapi cukup melihat caranya membersihkan lantai tanpa menyisakan debu, atau bagaimana ia menyapa siapa saja dengan sopan, mereka akan paham: ada kebesaran dalam kesederhanaan. Ada kehormatan dalam kerja sunyi yang tak pernah menuntut sorotan.
Sepeda tua itu, dengan segala keterbatasannya, justru mengantar Bang Hasan menjadi sosok yang tak tergantikan. Bukan karena ia istimewa, tapi karena ia tetap konsisten dalam hal-hal yang dianggap kecil. Dalam dunia yang terus berubah, ada yang tetap: suara roda sepeda yang berderit pelan setiap pagi, menandai hadirnya seorang lelaki tangguh yang tak pernah berhenti mengayuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI