Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Sepeda Tua, Semangat Tak Pernah Tua: Kisah Bang Hasan dan Jalan Panjang Pengabdian

24 Juli 2025   10:46 Diperbarui: 24 Juli 2025   22:52 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepeda Bang Hasan. Dok. Pribadi

Sepeda itu mungkin sudah tak layak dipakai menurut ukuran sebagian orang. Rangkanya berkarat, bannya sudah beberapa kali ditambal, dan pedalnya kadang terasa longgar. 

Tapi Bang Hasan memperlakukannya seperti sahabat lama. Ia tahu setiap bunyi kecil dari sepedanya, tahu kapan harus berhenti untuk membetulkan posisi rantai yang loncat, dan tahu kapan harus menuntunnya pelan ketika melewati jalan menanjak.

Ia pernah bercerita, sepeda itu ia beli dua puluh tahun lalu dari hasil menyisihkan uang kerja serabutan. Sejak itu, sepeda itu selalu menemaninya ke mana pun. 

Tidak hanya ke kantor, tapi juga ke pasar, ke masjid, bahkan ke kebun kecil di belakang rumah. Kadang, ia menumpangkan cucunya duduk di besi belakang sambil membelikan jajanan pasar. Sepeda itu, dalam diamnya, telah menjadi saksi bagi puluhan cerita kecil yang tak pernah dimuat berita.

Sepeda Bang Hasan. Dok. Pribadi
Sepeda Bang Hasan. Dok. Pribadi

Tak Sekadar Transportasi, Tapi Pengingat

Apa arti kendaraan bagi kebanyakan orang hari ini? Mungkin soal kenyamanan, kecepatan, fitur canggih, atau gengsi. Tapi bagi Bang Hasan, kendaraan adalah soal kesetiaan. 

Bukan tentang merek, harga, atau mesin, tapi tentang bagaimana dua roda bisa mengantarnya untuk tetap berdiri di tengah himpitan hidup.

Bagi orang-orang di kantor DPRK Subulussalam, sosok Bang Hasan dan sepedanya sudah menjadi pemandangan akrab. Beberapa orang bahkan menganggap sepeda itu sebagai "ikon kecil" kantor. 

Setiap pagi, jika sepeda itu belum terlihat parkir di sudut halaman, akan ada satu dua pegawai yang bertanya, "Bang Hasan belum datang, ya?" Ia bukan sekadar petugas kebersihan, tapi bagian dari denyut kantor itu sendiri.

Dalam setiap langkahnya, ada pelajaran yang diam-diam ditinggalkan. Bahwa hidup tak perlu mewah untuk bisa bermakna. Bahwa ketulusan bekerja, meskipun dari posisi paling bawah, tetap punya tempat di hati orang-orang. 

Kadang, pegawai di sana menyelipkan uang kecil di saku bajunya, atau menggantungkan amplop kecil di stang sepedanya. Bukan karena ia meminta, tapi karena kehadirannya membuat orang merasa ingin berbagi. Ia tidak kaya, tapi ia membangkitkan rasa saling peduli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun