Saya juga akan lebih berani menyampaikan ketidaknyamanan sejak awal, sebelum semuanya menumpuk. Karena sering kali masalah besar justru dimulai dari hal-hal kecil yang tidak dibicarakan.Â
Rasa sungkan yang berlebihan bisa menjadi racun pelan-pelan, membuat kita memendam, dan akhirnya meledak dalam bentuk yang tidak proporsional.
Bekerja bareng saudara memang bisa menjadi hal yang sangat menyenangkan. Tapi seperti semua hal yang melibatkan perasaan, kita perlu bijak mengelolanya.Â
Tidak semua saudara cocok bekerja sama. Tidak semua hubungan keluarga bisa dibawa ke ruang kerja. Dan tidak semua konflik harus diselesaikan dengan cara keluarga.
Ada kalanya kita harus cukup dewasa untuk berkata, "Aku lebih mencintaimu sebagai saudara, daripada memaksakan kerja sama yang membuat kita saling menyakiti."Â
Kalimat itu bukan tanda menyerah, tapi bentuk penghormatan pada batas yang sehat. Karena sekuat-kuatnya ikatan darah, tidak akan bertahan jika kita tidak saling menjaga ruang untuk tumbuh dan berbeda.
Saya percaya, hubungan keluarga yang sehat bisa menjadi kekuatan luar biasa dalam kerja profesional. Tapi itu hanya bisa terjadi jika ada kejelasan, komunikasi yang jujur, dan kesadaran bahwa keluarga bukan berarti bebas dari tanggung jawab profesional.Â
Justru karena kita keluarga, kita harus lebih berhati-hati dalam bekerja sama. Karena kita bukan hanya mempertaruhkan proyek atau bisnis, tapi juga cinta yang sudah dibangun seumur hidup.
Jadi, kerja bareng saudara? Bisa iya, bisa tidak. Yang pasti, jangan remehkan dilema yang muncul di dalamnya. Karena di balik kehangatan kerja sama itu, tersimpan risiko yang hanya bisa dihindari dengan kesadaran penuh dan komunikasi yang terbuka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI