Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi Hidup di Musim Bediding

22 Juni 2025   08:00 Diperbarui: 21 Juni 2025   23:14 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalur Kereta Misty Mountain. (Foto: Spacewalk/Freepik)

Filosofi Hidup di Musim Bediding 

Oleh: Julianda Boang Manalu

Pagi-pagi ini terasa berbeda. Angin seolah lebih pelan, namun dinginnya menusuk lebih dalam. Jendela kamar berembun, dan lantai serasa es begitu telapak kaki menyentuhnya. Di luar, langit terlihat bersih seolah baru dicuci, sinar matahari muncul malu-malu, tak lagi menyengat seperti biasanya. 

Ini musim yang biasa kita sebut bediding---musim dingin ala Indonesia, saat udara pagi menyelinap ke dalam kulit dan memaksa tubuh untuk tetap berselimut lebih lama.

Tapi di balik rasa malas bangun pagi, cuaca seperti ini membawa ketenangan yang sulit dijelaskan. Hati terasa lebih tenang, pikiran tak lagi riuh, dan semuanya berjalan dengan irama yang lebih lambat. 

Anehnya, justru dalam diam dan dingin ini, kita menemukan kehangatan. Kehangatan yang bukan berasal dari selimut atau kopi panas, melainkan dari momen-momen kecil yang selama ini mungkin kita abaikan.

Apa yang bisa kita pelajari dari musim bediding ini? Adakah nilai-nilai hidup yang diam-diam ia bisikkan lewat embun dan angin pagi? 

Mari kita renungkan bersama dalam tulisan ini: tentang bagaimana musim dingin mengajarkan kita untuk hidup lebih bijak, lebih sederhana, dan lebih hangat satu sama lain.

Pelajaran tentang Penerimaan Hidup

Di musim bediding, tubuh secara naluriah mencari perlindungan. Kita menyelimuti diri dengan sarung, jaket, atau bahkan hanya menggulung kaki ke dalam bantal yang hangat. 

Kita tak mungkin menolak dinginnya udara pagi; yang bisa kita lakukan hanyalah beradaptasi---menghangatkan diri, bukan mengusir cuaca.

Begitu pula dengan hidup. Ada hal-hal yang tak bisa kita ubah atau kontrol: kegagalan, kehilangan, ketidakpastian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun