Mohon tunggu...
Lori Mora
Lori Mora Mohon Tunggu... -

Menulis adalah dua kali lipat dari belajar...\r\n#columnist pemula \r\n#pekerja\r\n#observer\r\n#pelajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Saat Citizen Journalism Mengubah Dunia

17 Mei 2013   11:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:26 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13687650311412910736

[caption id="attachment_254474" align="aligncenter" width="394" caption="Revolusi Dunia Maya"][/caption] Oleh Lori Mora

Bagi hampir setiap penulis atau pecinta jurnalistik barang tentu tak lagi asing dengan istilah ini, Citizen Jurnalism atau pewarta warga, dimana keberadaannya tumbuh mengakar kuat dimasa ini. Citizen Jurnalism ini pula yang semakin mewarnai dunia media massa sejak semakin pesatnya pertumbuhan Informasi dan Teknologi (IT). Penomena ini menampakkan peranan kuat seluruh lapisan masyarakat yang memiliki minat dalam dunia pemberitaan, tanpa batasan dan tanpa terikat kode etik yang dilekatkan seperti pada jurnalist profesional.

Citizen journalism yang dulunya disebut sebagai civic journalism, participatory journalism atau public journalism ini semakin dikenal luas dan diperhitungkan kehadirannya sejak salah satu situs berbasis users generated content bernama OhmyNews lahir di Korea Selatan pada awal tahun 2000-an. Identitas inilah yang melekat kuat bagi warga biasa yang turut serta berperan aktif dalam mencari, mengolah serta menyebarluaskan sebuah informasi baik kejadian ataupun kondisi sosial disuatu tempat kepada khalayak.

Kecepatan dalam menginformasikan sebuah kejadian yang terjadi menjadi nilai utama dari pewarta warga ini. Kadang kala media massa konventional memiliki keterbatasan untuk meliput berita besar yang kejadiannya sudah terlebih dahulu berakhir sebelum tiba di tempat kejadian perkara (TKP). Nah, kekurangan inilah yang dicoba untuk dilengkapi oleh citizen journalism.

Kualitas dan Profesionalitas

Dalam bukunya yang berjudul “Citizen Journalism”, Pepih Nugraha – seorang wartawan senior kompas, menyebutkan secara sederhana bahwa seorang citizen journalist itu adalah warga biasa, tidak terlatih sebagai wartawan profesional, menggunakan teknologi informasi sederhana asalkan tersambung dengan internet, dapat meliput-mencatat-menulis, mendistribusikan berita di internet, memiliki semangat berbagi, tidak berharap imbalan. Sederhana!

Namun benarkah sesederhana itu? Bagaimana dengan kualitas atau content informasi yang disebarkan?Dapatkah dipertanggungjawabkan layaknya seperti berita yang biasanya diliput oleh seorang wartawan profesional?

Sekalipun citizen journalism tidak memiliki code of ethics sama halnya seperti yang dimiliki oleh jurnalist profesional karena menyangkut sebuah lembaga resmi, namun citizen jurnalism juga tidak dapat hanya sekedar memberitakan segala hal bahkan yang tidak bernilai(residu). Seyogianya, seorang pewarta warga harus menyampaikan informasi secara akurat dan terpercaya serta berdaya guna bagi khalayak ramai sebagai sumber pengetahuan yang penting untuk diketahui oleh masyarakat.

Berita atau informasi yang ditulis oleh seorang pewarta warga harusnya juga memiliki kualitas atau news value-nya, tanpa mengandung unsur kekerasan, pornography, sarkasme atau pelecehan suku, ras dan agama tertentu.

Merambatnya pertumbuhan informasi dan teknologi seperti media sosial yang tidak terbatas nyatanya sebagai akar dari pertumbuhan citizen jurnalism. Hal inilah yang tentunya menjadi titik awal bagi siapapun yang memiliki kemampuan di bidang jurnalistik. Media sosial seperti facebook, twitter, youtube, blog, mailing list dan yang lainnya memudahkan para pewarta warga untuk berbagi banyak hal dan kondisi yang terjadi disekitarnya. Sebut saja seperti persoalan Prita Mulyani dimasa yang lalu sanggup menyedot empati publik.

Tidak dipungkiri bahwa seorang pewarta warga memang tidak dibekali dengan ilmu jurnalistik seperti yang dimiliki oleh seorang wartawan profesional, tidak memiliki alat-alat media yang canggih seperti yang digunakan dalam peliputan berita oleh media konvensional. Sama halnya dengan berita atau informasi yang disebarluaskan lewat media tidak terlebih dahulu mengalami proses editing dan pemilahan berita.

Namun hal itu bukan suatu keharusan yang dilakukan oleh seorang pewarta warga. Memberitakan peristiwa yang benar-benar terjadi disekitarnya merupakan sebuah nilai berita yang keoriginalitasannya masih sangat terjaga, tanpa embel-embel pemolesan isi berita disana-sini atau sekedar memberitakan peristiwa yang hanya menyangkut sosok penting sebagai sumber berita yang komersial bagi media tertentu.

Sisi lain yang sangat menarik adalah beranekaragamnya model pemberitaan citizen jurnalism yang dinilai unik. Walaupun tentunya berita yang disajikan tergolong amatir. Dari sinilah para penggiat jurnalism dapat mengasah kemahiran dalam pemberitaannya menjadi semakin profesional. Tanpa harus menganggap bahwa nilai beritanya tidak berkelas.

Demokrasi Ala Citizen Journalism

Kehadiran citizen journalism ini bukanlah merupakan sebuah ancaman yang sangat serius dan menggeser peranan media massa konventional. Tetapi seperti yang disebut di awal tulisan ini, bahwa kehadirannya merupakan suatu berkah dan pelengkap dalam media.

Disaat rumor-rumor yang menyebutkan bahwa citizen journalism seketika waktu mampu mengubahkan dunia pasti akan terjadi. Faktanya, sadar atau tidak sadar kita sudah memasuki era globalisasi dimana setiap aktifitas keseharian tidak dapat dipisahkan dengan internet.

Mulai dari anak-anak hingga orang tua, penggunaan teknologi canggih bukanlah sesuatu yang langka lagi. Sistem demokrasi menjadi alat bagi seluruh masyarakat untuk bisa bersuara dan menyampaikan aspirasinya. Media yang paling dekat dan sangat cepat adalah internet.

Citizen journalism menjadi alat demokrasi yang kreatif dan mampu menghimpun daya tarik setiap orang yang punya kemampuan dasar journalistik. Seperti halnya di Indonesia, kita kenal situs kompasiana yang menjadi media citizen journalism yang terbesar dan memiliki anggota terbanyak.

Karya-karya jurnalistik para penggiat media ini pun terbilang cukup mahir. Hal inilah yang disebut sebagai kesuksesan yang fantastis dari citizen jurnalistik. Dan ternyata ditemukan bahwa setiap orang mampu menjadi seorang wartawan, meskipun ia tidak mengikuti kuliah jurnalistik secara formal. Keterbukaan untuk berbagi pendapat dan berdiskusi menyangkut satu hal juga tersedia secara bebas.

Pengaruh citizen journalism terhadap dunia memang sangat luas. Bahkan hampir seluruh media massa konventional pun melebarkan sayap dan membangun situs resminya melalui media online yang memungkinkan para penikmatnya beralih pada hal yang lebih praktis seperti internet.

Citizen journalism akan terus berkembang dan mewarnai dunia media yang semakin dibutuhkan oleh setiap orang dizaman ini. Dengan kepraktisannya, keterbukaannya dan kebebasannya untuk melibatkan warga peminat jurnalistik dalam pelayanan penyedia informasi bagi khalayak ramai, niscaya akan mengubah dunia dalam hitungan detik seperti diuraikan oleh Pepih Nugraha dalam salah satu artikelnya “Menanti Meletusnya “Revolusi Sunyi””.***

Penulis Adalah Alumni Sastra Inggris Universitas Negeri Medan.

*Published in Harian Analisa, SUMUT "7th May 2013"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun