[caption id="attachment_150823" align="alignleft" width="180" caption="Avenue des Champs-Élysées (souvenirsofparis.com)"][/caption] Kalau di Jakarta ada Bunderan HI dan wilayah sekitar Sudirman-Thamrin yang sering dipilih oleh para pendemo untuk melakukan aksi mereka (baik secara damai maupun agresif sampai cenderung anarkis), di Paris ada Avenue des Champs-Élysées. Avenue des Champs-Élysées adalah jalan utama di Paris yang terletak di 8th Arrondissement, salah satu dari 20 Arrondissements di Paris. Membentang sepanjang 2 km, Champs-Élysées menghubungkan Arc de Triomphe dan Place de la Concorde. Sebagai objek wisata utama, jalan ini terkenal dengan toko produk-produk fashion dan branded goods ternama serta deretan Cafétempat Parisians (sebutan untuk warga Paris) bersantai menghabiskan waktu senggang. Tanggal 23-24 Mei yang jatuh pada hari Minggu dan Senin lalu (kebetulan bertepatan dengan hari libur Lundi de la Pentecôte di beberapa negara Eropa) mendadak ada yang lain di Champs-Élysées. Atmosfir sekitarnya yang biasa didominasi gemerlap denyut metropolitan, berubah total. [caption id="attachment_150836" align="aligncenter" width="500" caption="Before & After (FreeFoto.com, ouest-france.fr)"][/caption] Sepanjang 1,2 km jalan itu dirombak begitu rupa hingga menyerupai perkebunan dengan aneka ragam tanaman, menciptakan suasana yang sungguh jauh berbeda. Kemacetan lalu lintas yang biasanya seolah tak pernah berhenti sama sekali tak nampak, berganti dengan deretan pohon-pohon, bunga, bahkan kandang berisi kawanan ternak. Selama 2 hari jalan ditutup, kendaraan dilarang melintas, dan voila.... Champs-Élysées pun 'mendadak hijau' ! [caption id="attachment_150787" align="aligncenter" width="299" caption="'Nature Capitale' yang membuat Champs-Elysees mendadak hijau (lexpress.fr)"][/caption] Malam sebelumnya, sekitar 200 truk bolak balik mengangkut lebih dari 100 jenis tanaman yang kemudian diletakkan berjajar dalam bak-bak kayu, mulai dari bunga matahari sampai pohon cemara, dari pohon anggur yang tumbuh merambat sampai tanaman tropis seperti tebu dan pisang. Warna hijau mendominasi Champs-Élysées, menyejukkan mata di tengah sengatan matahari musim semi yang mulai berangsur garang sinarnya mendekati peralihan ke musim panas. [caption id="attachment_150832" align="alignleft" width="267" caption="Ternak juga ikutan (google.com)"][/caption] Tak hanya tanaman, berbagai jenis ternak seperti sapi, kambing, domba, bahkan kawanan lebah yang dikurung dalam kotak kaca ikut 'turun ke jalan'. Kios-kios kayu bercat putih yang menjual aneka tanaman menambah meriah suasana. Adalah Young Farmers' Association dan French Forest Industry yang berada di balik perubahan wajah Champs-Élysées ini. Melalui event bertajuk "Nature Capitale" yang kurang lebih berarti 'alam itu penting', mereka memanfaatkan 2 hari terakhir di ujung long weekend itu untuk melakukan 'aksi damai' demi menyuarakan keprihatinan mengenai krisis yang melanda industri pertanian Perancis, kondisi yang secara umum juga dialami sektor pertanian di banyak negara Eropa. Dilihat dari aspek produksi dan ekspor produk-produk pertanian, sebenarnya negara ini masih menempati posisi teratas di Eropa dan ketiga di dunia, menurut data resmi Pemerintah Perancis. Tanah yang subur, keunggulan teknologi, dan subsidi pemerintah cukup mendukung. Namun di sisi lain, terpaan krisis ekonomi global makin terasa pengaruhnya, menyebabkan kenaikan biaya produksi serta penurunan harga komoditas sehingga para petani terus mengalami tekanan. Alih-alih melakukan demo diwarnai kekerasan yang kontra-produktif atau bahkan berteriak-teriak menuding Pemerintah, mereka memilih 'jalan damai' yang kreatif, produktif, dan efektif. France24 mengutip William Villeneuve, Ketua Young Farmers' Association yang mengatakan bahwa, "Kami tidak mau mengeluhkan situasi yang ada, namun sebaliknya ingin memamerkan hasil karya." ("We are not there to complain about our situation, but rather to show off our work"). Dengan menggelar produk-produk pertanian di jantung ibukota negara itu, mereka berusaha 'membuka mata' masyarakat, sesama rekan senegara yang nota bene hidup di kota metropolitan dan mungkin tidak akrab dengan dunia pertanian. Para petani ini berharap dapat menggugah kesadaran para pengunjung untuk merenungkan betapa besar sebetulnya ketergantungan mereka pada produk pangan dalam negeri, lalu bisa lebih menghargai dan ikut peduli ("think about what is on their plates and become more active consumers"). Aksi damai ini mendapat perhatian Presiden Sarkozy yang menyempatkan berkunjung bersama istri cantiknya, sang penyanyi Carla Bruni. Presiden Sarkozy memang belakangan banyak meluangkan waktu menyambangi para petani di beberapa daerah, untuk menampung keluhan mereka. [caption id="attachment_150401" align="aligncenter" width="300" caption="Kunjungan Presiden Sarkozy & Carla Bruni (facebook.com/Champs Elysees page)"][/caption] Kegiatan ini juga benar-benar menarik minat para Parisians maupun masyarakat dari kota-kota sekitarnya, termasuk para turis yang kebetulan sedang bertandang ke Champs-Élysées. Mulai dari bayi yang masih berada di kereta dorong, anak-anak, remaja, pria wanita dewasa, sampai opa oma ada di sana. Selain mengajak masyarakat untuk ikut peduli, kegiatan ini dapat sekaligus menjadi sarana pembelajaran khususnya bagi anak-anak yang bisa melihat dari dekat, menyentuh tanaman yang sehari-hari jarang mereka lihat. Saya bahkan 'memergoki' seorang nenek yang meskipun sudah ubanan masih sempat-sempatnya tekun mencatat informasi yang tertulis mengenai sejenis pohon anggur, La Vigne d'Alsace, yang berasal dari ujung timur, dekat perbatasan Perancis-Jerman. [caption id="attachment_150826" align="alignright" width="300" caption="Dipenuhi Pengunjung (google.com)"][/caption] Pihak penyelenggara Nature Capitale menargetkan 2 juta pengunjung di event ini. Saya tidak bisa memastikan berapa tepatnya jumlah orang yang datang. Yang jelas, memang terasa seperti lautan manusia tumpah ke Champs-Élysées. Berdesakan, padat merayap. Mau jalan saja susah. Mau melihat sapi dan kambing dari dekat harus antri. Seorang teman sampai berkata, "Yah... yang kayak begini mah banyak di kampung saya !". Hehehe.... Bagi sebagian orang mungkin kelihatannya apa yang dipamerkan bukan sesuatu yang 'aneh', namun ide di baliknya, semangat, kerja keras serta cara pandang yang positif dan santun dalam menyikapi masalah, itulah yang patut diacungi jempol. Paris, Mei 2010 Catatan : Judul tulisan diilhami oleh judul film nasional, 'Mendadak Dangdut'. Artikel terkait : Dari Paris (1): Monalisa - Kecil itu Indah Dari Paris (2): Dilarang Bercelana Panjang ! Dari Paris (3): Picasso - Dulu (Dituduh) Mencuri, Kini (Sering) Dicuri Dari Paris (5): Je T’aime (Bonne Fête, Maman) Dari Paris (6): ‘Aceh Tersenyum’ di Paris Warna Warni ‘Festival de Cannes’ D-Day at Normandy Beach (Pendaratan Sekutu, 6 Juni 1944)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H