Budaya Tinju Adat : Warisan Nilai Persatuan dan Kesatuan Bangsa
                                        Â
                                                 Karya: Lodovikus Langa
Budaya lokal yang lagi trend pada masyarakat adat Boawae, Kabupaten Nagekeo, NTT adalah pergelaran Tinju adat yang dalam bahasa setempat disebut "ETU"
Momentum Tinju adat biasa dilakukan di kampung-kampung adat setempat setelah musim panen ladang berakhir,atau setelah berakhirnya musim penghujan.
Sebelum acara pergelaran dimulai,biasanya Sang Ketua Suku yang dalam bahasa setempat disebut "Mosa Laki Moi Buku" mengumpulkan anggota suku dari berbagai kampung-kampung yang menginduk pada kampung utama Mosa Laki Moi Buku untuk membahas penentuan waktu yang tepat sesuai perputaran rotasi bulan saat purnama sempurna.
Saat yang sama juga seluruh anggota suku merencanakan persiapan kontribusi berupa beras,babi,ayam,moke untuk membackup konsumsi seluruh pengunjung saat kegiatan tinju adat berlangsung.Intinya,baik anak-anak maupun orang dewasa sebagai pengunjung tinju adat harus diberi makan.
Mekanisme pergelaran Tinju adat biasanya mengikuti tata cara yang telah terstruktur secara turun temurun.
Pelakon-pelakon dalam tinju adat terdiri dari;
- Petinju:yakni orang laki-laki yang berasal dari kampung,desa, kecamatan, kabupaten tetangga yang memiliki kepiawaian ingin bertarung dengan lawan yang datang dalam tinju adat dimaksud.
- Sipe(penopang petinju):yakni dua orang kepercayaan yang dipandang trampil menopang, dengan memegang bagian pinggang para petinju.
- Seka(pemelerai):yakni dua orang kepercayaan yang bertugas melerai dua petinju jika berpelukan,atau salah satu petinju dalam keadaan darurat gawat.
- Para penari dan penabuh bambu:yakni dua kelompok orang sebelah-menyebelah yang bertugas menabuh bambu berirama, disertai lantunan pantun kiasan berolok-olokan, dan syair-syair keramat memotivasi masing-masing jagoan.
- Penonton:yakni masyarakat umum yang mengelilingi arena menikmati pergelaran tinju dimaksud.
- Petugas Konsumsi: Orang-orang kepercayaan yang bertugas melayani setiap orang ke rumah-rumah perjamuan adat.
- Petugas keamanan:yakni personil dari unsur POLRI dan TNI yang mendapat ijinan untuk mengamankan jalannya pergelaran tinju adat jika terjadi kekacauan dan keributan.
Dalam pergelaran tinju adat, setiap petinju mengenakan kain adat(hoba),pengaman dada(dese),dan pelindung kepala(mubu),serta alat yang digunakan untuk memukul lawan yang disebut "Ta'i kolo"(terbuat dari potongan tanduk bertajuk runcing,dililiti anyaman erat tali terbungkus, sebesar satu genggaman).
Pergelaran tinju adat biasanya berakhir dengan saling berpelukan damai, dilanjutkan ke rumah adat untuk makan bersama,berkenalan,serta bercerita dalam nuansa persaudaraan dan persahabatan.