Hari Pemuda Internasional: Menyalakan Obor Masa Depan di Tangan Generasi Muda
Setiap dua belas Agustus, kalender dunia memanggil kita untuk berhenti sejenak dan memandang wajah muda bumi---bukan sekadar sebagai statistik, melainkan sebagai denyut nadi masa depan. Hari Pemuda Internasional lahir dari keputusan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1999, menindaklanjuti rekomendasi yang dihasilkan dari World Conference of Ministers Responsible for Youth di Lisbon setahun sebelumnya. Sejak perayaan perdananya pada tahun 2000, tanggal ini menjadi panggung tahunan untuk menyoroti isu-isu yang membentuk kehidupan generasi 15 hingga 24 tahun, usia yang oleh PBB dianggap sebagai rentang strategis bagi arah perjalanan peradaban.
Di dunia yang dihuni lebih dari 1,2 miliar pemuda---sekitar enam belas persen populasi global---pertanyaan yang diajukan setiap tahun bukanlah apakah mereka penting, melainkan bagaimana dunia ini akan memberi ruang agar potensi mereka tumbuh tanpa tercekik oleh sistem yang usang. Tema tahunan yang diangkat oleh PBB menjadi lensa pembesar atas tantangan dan peluang yang dihadapi: dari pekerjaan layak hingga perubahan iklim, dari inovasi teknologi hingga kesetaraan pendidikan. Tema ini bukan sekadar simbol atau jargon, melainkan kompas yang mengarahkan seminar, lokakarya, diskusi publik, pertunjukan seni, hingga kampanye media sosial di berbagai belahan dunia, dari aula universitas hingga jalan-jalan kota kecil.
Namun peringatan ini bukan sekadar seremoni; ia adalah pengakuan terbuka bahwa pemuda bukan hanya objek kebijakan, melainkan subjek yang wajib terlibat langsung dalam merumuskan solusi. Dalam lanskap politik dan sosial yang sering kali menempatkan mereka di pinggir meja perundingan, hari ini menjadi pengingat bahwa suara mereka adalah bagian dari mekanisme keputusan yang sehat. Tidak ada pembangunan berkelanjutan---tidak ada keberhasilan mencapai target 2030 dari Sustainable Development Goals---tanpa pemuda yang mengambil peran aktif, baik sebagai inovator, aktivis, wirausahawan, maupun penulis narasi baru untuk komunitasnya.
Isu-isu yang kerap muncul dalam sorotan---pengangguran, akses pendidikan yang timpang, kesehatan mental, dan keterlibatan politik---bukanlah daftar keluhan semata, tetapi medan di mana energi muda diuji. Perubahan tidak lahir di ruang hampa; ia memerlukan dorongan dari mereka yang tidak sekadar ingin menjadi bagian dari masa depan, tetapi yang berani membentuknya. PBB memahami bahwa potensi sebesar ini tidak boleh diabaikan; ia harus diundang, dipupuk, dan diberi ruang untuk memengaruhi arus besar kebijakan.
Hari Pemuda Internasional, pada akhirnya, adalah perayaan terhadap kemungkinan---kemungkinan bahwa dunia ini dapat lebih adil, lebih hijau, dan lebih damai jika mereka yang akan mewarisinya turut merancangnya sejak sekarang. Seperti api yang dioper dari tangan ke tangan, masa depan tidak diserahkan begitu saja; ia dinyalakan, dijaga, dan dihidupi oleh generasi yang hari ini kita sebut pemuda, dan esok akan kita panggil pemimpin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI