Dari Sayap Gatotkaca ke Langit Masa Depan: Membaca Ulang Makna Hari Kebangkitan Teknologi Nasional
Ketika teknologi tak hanya diukur dari logam dan mesin, tetapi dari keberanian bangsa untuk membayangkan dirinya terbang lebih tinggi dari nasibnya sendiri.
Ada hari-hari dalam sejarah bangsa yang tidak sekadar tercatat, tetapi berdenyut---menjadi nadi yang mengalirkan rasa percaya diri kolektif. 10 Agustus adalah salah satunya. Di kalender resmi, ia bernama Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (HAKTEKNAS). Di memori bangsa, ia adalah hari ketika Indonesia, untuk sesaat, memandang ke langit dengan kepala tegak, percaya bahwa kita sanggup mencipta sayap kita sendiri.
Tanggal itu dipilih bukan karena kebetulan, melainkan sebagai penanda dari sebuah momen yang tak terlupakan: penerbangan perdana pesawat N-250 "Gatotkaca" pada 10 Agustus 1995. Di bawah arahan visioner B.J. Habibie, PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) melahirkan pesawat turboprop canggih yang sepenuhnya dirancang dan diproduksi oleh putra-putri Indonesia. Gatotkaca bukan sekadar pesawat; ia adalah pernyataan politik teknologi, sebuah manifesto yang berkata: "Kami bisa."
N-250 adalah simbol penting kebangkitan teknologi nasional. Ia lahir dari keyakinan bahwa kemandirian bangsa tidak cukup dibangun di atas tambang dan kebun, tetapi juga di atas riset dan inovasi. Rangkaian kabel, sayap komposit, dan sistem avioniknya menyatukan ribuan jam kerja, ketekunan, dan kesabaran para insinyur, teknisi, serta pekerja pabrik---mereka yang percaya bahwa langit Indonesia harus diisi oleh karya anak negeri, bukan hanya lintasan pesawat asing.
Namun HAKTEKNAS bukan sekadar nostalgia terhadap kejayaan 1995. Ia adalah pengingat bahwa teknologi adalah pilar masa depan, dan bahwa kebangkitan sejati tak pernah selesai pada satu pencapaian. Hari ini, ia menjadi ajakan untuk kembali memperkuat riset, inovasi, dan pengembangan teknologi sebagai fondasi pembangunan nasional. Bahwa di dunia yang bergerak cepat, bangsa yang tertinggal bukan hanya bangsa yang kalah, tetapi bangsa yang berhenti bermimpi.
Seperti halnya tanah yang tidak pernah netral, teknologi pun tidak pernah bebas dari nilai dan arah. Ia bisa menjadi instrumen kemandirian, tetapi juga bisa menjadi alat ketergantungan baru jika hanya dipandang sebagai barang impor. HAKTEKNAS mengingatkan kita bahwa kedaulatan teknologi adalah bagian dari kedaulatan nasional. Dan kedaulatan itu bukan sekadar soal memiliki produk, melainkan memiliki kapasitas mencipta.
Maka setiap 10 Agustus, kita diundang untuk melihat kembali langit, bukan sekadar untuk mengagumi pesawat yang melintas, tetapi untuk bertanya: sayap seperti apa yang ingin kita bangun bagi masa depan bangsa? Apakah kita masih memiliki keberanian seperti pada hari ketika Gatotkaca terbang, ataukah kita puas menjadi penumpang di pesawat orang lain?
Sebab kebangkitan teknologi bukanlah seremoni tahunan, melainkan proses panjang yang hanya bisa dicapai jika bangsa ini terus mengasah pikirannya, membentuk tangannya, dan memelihara mimpinya. Dan seperti Gatotkaca yang dahulu menembus awan, masa depan pun menunggu mereka yang berani mengangkat kepalanya ke langit---dan terbang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI