Mohon tunggu...
Mustamsikin
Mustamsikin Mohon Tunggu... Guru

Mencintai dunia literasi, berhubungan dengan buku dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Mbah Jah In Memoriam

4 Maret 2025   23:57 Diperbarui: 11 Februari 2025   23:57 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sosok 'keramat' paku dusun Pulerejo telah berpulang keharibaan sang Maha Kuasa, innalillahi wainnailaihi rajiun. Ialah Mbah Jah sapaan akrab dari Siti Khodijah, sosok perempuan yang diusia senjanya masih tekun beribadah meski ia tak lagi bisa melihat. Ialah potret perempuan yang benar-benar hebat.

Mbah Jah begitu orang sekitar memanggilnya, perempuan yang dikaruniai sebelas anak. Bahkan sebelum ia tutup usia di antara anaknya telah mendahului. Sosok penyabar ahli ibadah dan istikamah berpuasa, berzikir dan ibadah yang lain.

Jika penulis teringat sosok Mbah Jah, maka yang terbayang hanyalah raut wajah bersih berseri-seri min atsaril wudhu'. Wajah berseri-seri sebab seringnya wudhu. Wajah bercahaya yang ia ingat hanya beribadah dan beribadah. Meski di akhir senjanya ia tak lagi mampu melihat ia tetap semangat beribadah berjalan menuju masjid yang tak jauh dari rumahnya dengan bantuan tongkat. 

Penulis sendiri melihat sosok tua yang harus merangkak untuk sampai masjid. Sesekali dibantu oleh anaknya untuk sampai ke masjid. Sosok tua yang bukan hanya ia rajin salat jamaah namun juga masih ikut mengaji, dibaan hingga manakiban, bersama dengan tetangga-tetangganya yang lain. 

Secara detail memang tidak banyak penulis ketahui tentang Mbah Jah, namun perihal ibadahnya sungguh penulis menyaksikan ia adalah sosok ahli ibadah. Penulis menduga keahlian ibadah Mbah Jah juga mengilhami anak-anaknya untuk tekun ibadah. Pun juga berkah ibadah dan keistikamahannya semua anak-anak Mbah Jah dikaruniai keberkahan. 

Tidak sedikit dari anak dan cucu Mbah Jah yang kemudian jadi tokoh agama, pegawai negeri sipil, dosen, hingga tokoh masyarakat. Ada juga yang kemudian menjadi pemimpin pesantren. Mungkin inilah sedikit keberkahan yang ditampakkan Allah kepada hambanya yang ia terus mendekatkan diri kepada-Nya, dengan ibadah secara konsisten.

Kisah kemuliaan Mbah Jah mungkin akan terus berlanjut. Pastilah orang dusun Pulerejo akan mengingat Mbah Jah dari sisi ketekunan, keistikamaahan, himmah yang tinggi untuk terus beribadah hingga tutup usia. 

Selamat jalan Mbah Jah, doa-doa terbaik untukmu meskipun engkau tak perlu doa sebab orang tau engkau ahli ibadah yang dirindukan surga. Usiamu telah sampai lebih dari delapan puluh tahun semestinya engkau adalah sosok tua teladan. Pemuda, dewasa, sekali pun orang tua akan tersipu malu karena semangat ibadahmu dengan kondisi fisik yang demikian. 

Selamat jalan Mbah Jah, menemui kekasihmu yang engkau beribadah kerena-Nya. 

Wallahu A'lam Bisshawab 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun