Mohon tunggu...
Sulistyo
Sulistyo Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Dagang

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mendorong Anak untuk Mengikuti Organisasi

8 Februari 2019   22:10 Diperbarui: 11 Februari 2019   21:50 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumbuh dan berkembangnya sikap serta pemikiran anak sangatlah bergantung pada lingkungan dimana ia berada dan memperoleh pendidikan. (Sumber: www.pixabay.com/artembali)

Tumbuh dan berkembangnya sikap serta pemikiran anak sangatlah bergantung pada lingkungan di mana ia berada dan memperoleh pendidikan. 

Di lingkungan sekolah berlangsung yang namanya pendidikan formal, di mana pengetahuan dan ilmu pengetahuan diperoleh dari para guru sehingga hal ini akan menumbuhkan sikap rasional sesuai bidang ilmu yang sedang ditekuni.

Demikian halnya di lingkungan rumah berlangsung yang namanya pendidikan informal, peran orangtua atau keluarga sangat penting sehingga akan turut mewarnai sikap anak d ikemudian hari.  

Di samping itu, ada pula yang ikut membentuk sikap anak yaitu yang disebut pendidikan non-formal, yaitu lingkungan di luar sekolah dan di luar rumah atau di mana si anak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya sehingga akan turut pula membentuk sikapnya.

Dari ketiga lingkungan pendidikan seperti telah disebut di atas, pastinya setiap anak tidak sama dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Oleh sebab itu lingkungan yang paling dominan biasanya akan banyak memberikan warna sehingga terbentuklah sikap dan pemikiran-pemikirannya tumbuh menjadi manusia dewasa.

Untuk pendidikan formal (di sekolah) kita sebagai orangtua murid telah mempercayakan kepada para tenaga pendidik atau guru dan diharapkan anak menjadi semakin pintar, bertambah wawasan ilmu pengetahuan, tumbuh rasionalitasnya dan bertakwa tentunya. 

Sudah barang tentu menyerahkan pendidikan hanya pada lingkungan sekolah juga perlu didukung oleh lingkungan rumah. Pendidikan informal (di rumah) tampaknya juga sangat penting, karena peran orangtua atau keluarga sebagai pengendali seharusnya sejalan dengan segala kegiatan belajar anak disekolah sehingga akan banyak menunjang kelancaran studinya.

Dalam pendidikan informal (di lingkungan rumah) juga bisa ditanamkan nilai-nilai yang kurang banyak disentuh di sekolah, misalnya tentang tata krama, sopan santun, tradisi kearifan lokal, lingkungan hidup sosial, seni-budaya, pendalaman agama atau kepercayaan maupun terkait budi pekerti atau sejenisnya.

Nah lingkungan yang menurut penulis sulit untuk dikontrol dalam membentuk sikap anak yaitu pendidikan non-formal. Di sini anak berkumpul dengan teman sepermainannya, berasal dari berbagai kalangan atau latar belakang, berinteraksi dan secara langsung maupun tidak langsung juga menyerap perilaku dalam pergaulannya.

Bilamana nilai yang diserapnya itu sesuai dengan apa yang diperoleh di sekolah atau di rumah mungkin tidak menjadi masalah. Namun bilamana nilai-nilai yang didapat dari lingkungan bermain ini tidak bersesuaian maka sedikit banyak akan ikut mempengaruhi sikapnya dikemudian hari. 

Itulah sebabnya, para orangtua perlu mengetahui di mana anak bermain, supaya nilai-nilai pendidikan yang sudah ditanamkan di sekolah dan di rumah tidak "dirusak" oleh lingkungan bermainnya.

Maka dari itu, sebagai salah satu alternatif untuk menyalurkan pendidikan non-formal dan mungkin lebih terarah -- ada baiknya kita sebagai orangtua maupun keluarga mendorong anak untuk mengikuti organisasi.

Bagi anak-anak yang masih duduk ditingkat pendidikan dasar dan menengah, pilihan bisa dilakukan dengan mengikuti organisasi sekolah, sedangkan bagi anak-anak yang sudah menginjak sekolah lanjutan atas (SMA/SMK) dan perguruan tinggi kita anjurkan untuk ikut kegiatan organisasi di luar waktu studi sehingga tidak mengganggu belajarnya.

Mendorong anak berorganisasi bisa dimulai dari keikutsertaannya dalam organisasi sosial-kemanuasiaan di tingkat kampung atau organisasi yang berada disekitaran wilayah di mana kita berada. Misalnya organisasi pemuda, PMR (Palang Merah Remaja), Taruna Tanggap Bencana (Tagana), Paguyuban Seni-Budaya, Panitia HUT Kemerdekaan RI, dan lainnya.

Beberapa manfaat dapat dipetik bagi si anak dalam ikutan berorganisasi antara lain, belajar hidup bersama-sama/kelompok (bergotong-royong) dalam menghadapi masalah dan dipecahkan pula secara berbarengan. Ini merupakan wujud dari kehidupan dimana kita berada sekaligus melibatkan banyak orang.

Berorganisasi akan melatih anak berjiwa kepemimpinan, berdiskusi dan berinteraksi dengan berbagai karakter manusia semakin menjadikan anak tumbuh menjadi manusia dewasa, belajar mendengarkan pendapat atau tanggapan orang lain, menambah wawasan dan pergaulan sosial, terlatih dalam menghadapi pekerjaan sekaligus tantangan. 

Dan manfaat penting lainnya ikutan berorganisasi bagi anak yaitu menjadikan ia untuk belajar dalam mengarungi kehidupan nyata ketika melakukan kegiatan ataupun pekerjaan yang dihadapinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun