Hari Kebangkitan Nasional kembali datang. Di usianya yang kini telah lebih dari satu abad.
Setiap tanggal 20 Mei, kita mempunyai sebuah perayaan yang sangat penting diingat. Tanggal yang dipilih dari lahirnya sebuah organisasi yang mengubah cara kita dalam berjuang. Perjuangan yang awalnya bersifat daerah menjadi nasional.
Namanya Boedi Oetomo (Budi Utomo). Salah satu dari organisasi pergerakan yang menjadi pelopor pergerakan organisasi modern di Indonesia. Saking punya peran yang penting dalam perjuangan bangsa Indonesia, barangkali nama organisasi ini jadi yang paling menempel di otak kita karena sudah diperkenalkan sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ya gak?
Akan tetapi tahu gak? Meski organisasi yang menjadi pencetus sudah berdiri sejak 1908, Hari Kebangkitan Nasional atau disingkat Harkitnas baru ditetapkan menjadi hari nasional pada tahun 1959 melalui Keppres No. 316 tahun 1959 tepatnya pada tanggal 16 Desember 1959, lho. Jadi memang ada perjalanan dan perjuangan panjang yang pernah dilalui sampai akhirnya sama-sama kita akui sampai sekarang dan nanti.
Memaknai Kebangkitan Nasional 2020 di Tengah Pandemi
Harkitnas tahun ini sebenarnya menjadi tanggal yang cantik. Di tanggal 20 dan di tahun yang punya angka 20 kembar.
Sayang suasananya yang tidak cantik, karena Harkitnas harus kita lewati di tengah pandemi corona. Yang tidak hanya menjadi masalah negeri kita saja, tetapi nyaris menyerang seluruh penjuru dunia. Harkitnas yang harus kita lalui dengan keprihatinan.
Tema besar yang diambil Harkitnas kali ini pun berhubungan dengan kondisi yang sedang sama-sama kita hadapi yaitu "Bangkit dalam Optimisme Normal Baru". Tema yang dipilih agar Harkitnas dapat menjadi momentum bagi kita sebagai bangsa untuk bersatu memutus persebaran covid-19.
"Hari ini, 112 tahun kemudian, kita kembali ditantang untuk mewujudkan solidaritas sosial, semangat gotong royong, dan persaudaran sejati untuk bersama mengatasi pandemi covid-19, "kata Pak Jokowi melalui laman instagramnya.
Seperti makna bangkit yang dapat diartikan sebagai timbul atau terbit. Kini saatnya kita memunculkan semangat persatuan yang sudah lama pendahulu kita ajar dan contohkan. Yang mungkin selama ini tidak sadar bukannya semakin menebal malah semakin menipis. Yang dulu begitu semangat membara kini cara menyalakannya saja sudah lupa?
Jika dulu semangat persatuan dan saling gotong royong muncul untuk mengusir penjajah, kini yang kita lawan wabah. Bukan dengan serbuan bambu runcing, senjata kita yang terpenting adalah kesadaran masing-masing.
Kita yang tetap mengikuti anjuran pemerintah seperti untuk menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menggunakan masker, dan tidak banyak berpergian dulu. Itulah senjata-senjata kita sekarang ini. Senjata yang akan melindungi diri kita juga orang sekitar.
Jadi...
Mari sama-sama merayakan Hari Kebangkitan Nasional ini dengan mengingat keberhasilan mereka. Keberhasilan dengan cara bersatu untuk satu tujuan. Ya. Dari mereka kita diajarkan bahwa untuk bisa berhasil menaklukan lawan, kita harus bersatu bukan beradu. Pun kita yang harus saling bersatu dalam menghadapi 'perang' dengan lawan super kecil ini, yang mata kita sendiri saja tidak bisa melihatnya langsung tanpa alat apapun.
Jangan kira 'perang' ini cuma urusan tenaga medis semata. Kita juga sama perannya. Kita yang sudah sehat harus tetap sehat, yang sehat jangan sampai sakit, dan yang sudah sakit harus kembali sehat.
Semoga saja dengan adanya Harkitnas di tengah pandemi ini membuat kita tidak sekadar bisa memaknai juga mengaplikasikannya. Mari kita sama-sama untuk menjaga satu sama lain. Apalagi Harkitnas kali ini juga datang di tengah bulan Ramadan, bulan yang mengajar kita untuk menebar banyak kebaikan.
Bukankah menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain itu juga hal yang baik? Misalnya saat kamu ingin mudik. Coba pikirkanlah bahwa yang ingin mudik tidak hanya kamu, tetapi banyak orang memilih menjaga rindu untuk tidak pulang dulu.
Jadi di rumah saja dulu, meski lebaran sebentar lagi.
Salam,
Listhia H. Rahman