Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Alasan Ilmiah Mengapa Badan Tetap Gemuk Meski Sudah Diet

13 Januari 2019   23:48 Diperbarui: 28 April 2022   23:21 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum lupa ingatan kita soal kejadian yang menggemparkan di tahun 2016 mengenai bocah laki-laki yang memiliki berat badan ekstrem, awal tahun ini cerita yang hampir sama dengan tokoh yang berbeda kembali meramaikan media kita. 

Setelah dik Arya --yang beritanya sekarang sudah berhasil memangkas berat badannya--,  muncul Ibu Titi Wati asal Kalimantan dengan berat badan  lebih dari 200 kilogram.

Ya, seperti yang pernah saya tuliskan soal ditulisan terdahulu (disini), soal dik Arya memang cuma salah satunya. Sebab makin diperjelas dari data terbaru (Riskesdas 2018) mengenai obesitas (Indeks Massa Tubuh lebih dari sama dengan 27) dikalangan dewasa yang diketahui mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Atau dapat diartikan bahwa di luar sana masih banyak yang ditemui hanya tidak terekspos. 

Kita lebih suka menunggu nanti, nanti setelah diekspos itulah biasanya kita baru ramai-ramai membicarakan dan mulai membuat dugaan-dugaan. "Kok bisa sih?"

Sudah banyaknya media yang mengupas soal Bu Titi Wati, kali ini saya akan membahas yang lebih umum lagi saja. Soal kesan yang timbul di masyarakat mengenai orang gemuk .

ilustrasi | thegoodgut.org
ilustrasi | thegoodgut.org
Yang sering dikira tidak pernah melakukan apa-apa untuk menyelamatkan tubuhnya. Eitss, apa iya seperti itu,ya?  Mari coba belajar menjadi lebih paham mengenai apa yang mereka hadapi. 

Mengapa menurunkan berat badan menjadi pekerjaan yang berat untuk mereka? 
Jika kamu adalah golongan mereka --maksudnya yang ingin menurunkan berat badan namun tidak kunjung berhasil--- ternyata soal ini alasanya bisa dijelaskan secara ilmiah,lho.

Memang bukan hanya urusan bagi mereka yang obesitas yang ingin menurunkan berat badannya, tetapi bagi mereka yang sudah obesitas persoalan ini akan menjadi pekerjaan yang lebih berat dan penuh perjuangan dibanding mereka yang tidak obesitas.

Dari medicaldaily.com mengabarkan bahwa studi baru yang telah diterbitkan pada International Journal of Obesity menunjukan orang yang obese diketahui mengalami gangguan mekanisme lambung, dimana otak baru memberitahu seseorang dalam keadaan kenyang ketika mengkonsumsi banyak makanan berlemak. Yang makin memperburuk keadaan, mekanisme ini tidak berubah meskipun diet sudah dilakukan.

Lebih jelasnya lagi seperti berikut: Penelitian ini dilakukan pada tikus yang dibagi menjadi 3 kelompok perlakukan selama 24 minggu. Kelompok satu diberikan diet standar, kelompok dua diberikan diet tinggi lemak dan kelompok tiga diberikan diet tinggi lemak pada 12 minggu pertama kemudian 12 berikutnya diberikan diet standar. 

Dari hasil eksperimen, peneliti kemudian menemukan bahwa reseptor leptin (hormone yang membantumu menekan asupan makan dan mengatur keseimbangan energi jangka panjang) pada tikus diketahui tetap tidak peka meski sudah berubah menjadi diet standar. Hal ini yang bisa menjadi alasan mengapa seseorang yang berdiet kemudian kembali mengkonsumsi makanan tinggi lemak.

Alasan lain dibaliknya..
Mikrobiota dalam usus juga bisa menjadi penyebabnya. Dimana pada obesitas, mikrobiota yang tinggal di pencernaan bisa mengalami perubahan. Perubahan yang membuat mereka tetap mengalami kenaikan berat badan meskipun telah mengkonsumsi makanan yang sama dengan mereka yang kurus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun