Mohon tunggu...
Lisa Noor Humaidah
Lisa Noor Humaidah Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat buku dan tulisan

Tertarik pada ilmu sosial, sejarah, sastra dan cerita kehidupan. Bisa juga dijumpai di https://lisanoorhumaidah.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Social Dilemma", Dilema Kita Semua

20 September 2020   16:42 Diperbarui: 21 September 2020   04:23 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Social Dilemma. Sumber: metro.co.uk

Ia menambahkan, Gen Z, anak-anak yang lahir setelah 1996-an adalah generasi pertama di dalam sejarah yang mendapatkan pengalaman dengan media sosial di tingkat middle school, dalam konteks Amerika. Untuk konteks kita setingkat sekolah dasar (SD). 

Generasi ini diperkirakan lebih rentan cemas, lemah dan cenderung mudah depresi. Mereka sangat tidak nyaman mengambil resiko. Ia juga melihat kecenderungan angka kepemilikan surat ijin mengemudi (SIM) turun. Angka mereka yang pernah keluar untuk nge-date atau segala jenis relasi asmara juga menurun drastis. Ia mengatakan ini adalah perubahan nyata pada generasi kita. 

Terbayang apa yang dirasakan oleh para orang tua yang ketakutan dan trauma karena membawa anaknya ke rumah sakit. Pasti mereka punya pertanyaan sama, apa yang sebenarnya terjadi pada anakku!  

Digambarkan di film sebuah ilustrasi, saat makan malam keluarga, sang Mama meminta anggota keluarga yang lain menyimpan gadget di wadah berwaktu/timer (untuk satu jam) sampai mereka selesai.

Si anak remaja perempuan terlihat gelisah dan pandangannya selalu tertuju pada gadget yang aktif mengirimkan notifikasi. Hingga kemudian ia memecahkan wadah tersebut dengan kayu demi mendapatkan gadget-nya, bahkan baru sekitar 15 menit berlalu. 

Si anak remaja ini juga digambarkan sangat sedih ketika ada komentar di foto filter cantik yang dipostingnya tentang telinga yang terlihat lebar seperti telinga gajah. Ia memandang dirinya lekat-lekat di depan cermin sambil berurai air mata menutup daun telinga dengan rambutnya.

Dan diakui oleh salah satunya Tim Kendall, mantan eksekutif FB, presiden Pinterest yang saat ini CEO Moment, ia tidak mengijinkan anak-anaknya mengakses sosial media sampai mereka berusia dewasa. Dan itu berlaku bagi semua penemu, pencipta media sosial. Karena mereka tahu media sosial diciptakan bukan untuk anak-anak.

Bumi dan kehidupan kita yang chaos dan terpolarisasi
Ada beberapa kisah yang digambarkan, bagaimana  media sosial menciptakan, menyulut kekacauan serta polarisasi politik.

Guillaume Chaslot mantan engineer YouTube. Sekarang CEO IntuitiveAI, dan pendiri AlgoTransparency mengakui YouTube turut meningkatkan polarisasi di tengah masyarakat. Polarisasi ini justru sangat efisien membuat orang tetap online dan berkutat dengan gadget-nya. Algoritma berupaya untuk menemukan beberapa, yang mereka sebut sebagai 'lubang kelinci'/rabbit hole yang sangat kuat dan berpengaruh. 

Untuk itu, jika Anda memulai menonton salah satu dari beberapa video, maka video yang serupa atau sama akan direkomendasikan terus menerus.

Teori bumi datar direkomendasikan ratusan juta kali oleh algoritma. Dan terbukti mendapatkan pengikut yang luar biasa termasuk di Indonesia. Bukti algoritma semakin cerdas. Dan algoritma tidak peduli dengan kebenaran berita tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun