“Lagi intens chat tiap hari, tiba-tiba nomornya hilang, pesan cuma centang satu, dan dia lenyap tanpa kabar.”
Fenomena ini akrab disebut ghosting. Istilah yang awalnya populer di dunia percintaan digital kini sudah jadi bagian dari kosakata sehari-hari. Tapi pertanyaannya adalah kenapa ghosting bisa begitu marak? Oke.. kenapa aku bisa bilang marak? karena saat bermain medsos entah itu instagram, tiktok atapun threads aku sering mendengar istilah tersebut dan banyak yang mengaku jadi korban ghosting.
Apa itu Ghosting?
Ghosting berasal dari kata ghost alias hantu, menggambarkan seseorang yang menghilang begitu saja tanpa jejak, tanpa penjelasan. Dalam konteks hubungan, ghosting berarti tiba-tiba memutus komunikasi tanpa memberi alasan yang jelas. Biasanya terjadi di tahap pendekatan (PDKT) atau bahkan saat hubungan sudah berjalan.
Fenomena ini makin sering terjadi seiring berkembangnya aplikasi kencan dan media sosial. Di ruang digital, koneksi begitu mudah terjalin tapi sekaligus mudah diputuskan. Cukup dengan satu klik blokir atau unfollow, seseorang bisa hilang begitu saja dari hidup orang lain.
Kenapa Orang Melakukan Ghosting?
Ada beberapa alasan kenapa seseorang memilih ghosting:
Takut Konflik
Banyak orang merasa sulit untuk jujur saat ingin mengakhiri hubungan. Memberi alasan dianggap bisa menimbulkan pertengkaran, sehingga cara paling “aman” menurut mereka adalah… menghilang.Jalan Pintas Instan
Hidup di era serba cepat membuat orang terbiasa mencari solusi singkat. Kalau merasa nggak cocok, ya tinggal hilang tanpa basa-basi.Kurang Dewasa Secara Emosional
Ghosting sering jadi tanda seseorang belum siap menghadapi konsekuensi emosional dari pilihannya. Daripada mengelola perasaan orang lain, ia memilih kabur.Ada Pilihan Lain
Di dunia online, selalu ada “cadangan.” Saat merasa tidak klik dengan satu orang, gampang saja pindah ke yang lain.