“Di Balik Senja”
Karya @Callmelio
Aku menatap langit yang kian menjingga, meninggalkan biru yang sejak tadi menghiasi langit. Ditemani secangkir kopi, semilir angin menyapu wajahku lembut, dan juga suara tawa anak-anak kecil yang sedang menghabiskan sore dengan layangan. Rasanya cukup menyenangkan, sampai sebuah suara anak-anak yang sedang bermain itu tiba-tiba mengusikku.
“Benua, aku ikut!” ujar seorang anak perempuan sembari mengejar anak laki-laki yang sedang menggulung benang layangannya.
“Apasih, aku mau main sama yang lain! Kamu itu nyusahin, sana pergi sama teman-teman kamu yang lain!” wajahnya tampak kesal, ia menatap anak perempuan itu lalu meninggalkannya begitu saja. Anak perempuan itu menunduk sejenak lalu kembali mengejar anak laki-laki itu sembari berteriak, “BENUA TUNGGUIN AKU!!!”
Aku terkekeh sejenak, “Sama persis yah,”
Ahk, mengapa aku harus mengingat kisah itu sih, menjengkelkan sekali. Tetapi, baiklah, akan aku ceritakan, sebuah kisah 3 tahun lalu, antara aku dengan diri—ahk sepertinya hanya aku yang menganggap kisah itu sebuah cerita.
3 tahun lalu, aku bertemu dengannya, seorang pria yang membuat aku jatuh cinta pada pandangan pertama, yang membuatku mengerti bahwa cinta yang berawal dari mata tak heran jika berakhir dengan air mata, dan seorang pria yang membuat aku tampak seperti orang bodoh yang selalu mengikuti kemana ia pergi. Seperti saat itu, saat istirahat, aku melihatnya lagi-lagi duduk di bawah pohon belakang sekolah dengan sebuah buku yang sangat tebal. Aku ingat, itu buku kumpulan soal UN dan SBMPTN. Emh, dia pria yang sangat pintar.
“Hai Benua, lagi-lagi di sini.”
Iya, namanya Benua Randika, entah dari belahan bumi mana. Intinya namanya Benua Randika. Sama seperti nama anak laki-laki itu, karena itu aku tiba-tiba teringat.
Ia membuka matanya perlahan lalu menatapku, “Selalu aja nyempatin ke sini, nggak bosan?”