Setahun yang lalu, saya sering melihat Manda (salah satu kawan blogger saya) kerap membagikan keseruan kegiatan sebuah komunitas bernama Indonesian Food Blogger, yang kerap disingkat dengan sebutan IDFB.
Sesuai dengan namanya, komunitas ini kerap mengunggah cerita terkait khasanah kuliner nusantara. Karena punya hobi serupa, yakni kulineran juga, tertariklah saya untuk bergabung ke komunitas ini. Kebetulan saya dan Manda sama-sama berdomisili di Jogja.
“Siapa tahu jadi bisa nambah temen buat kulineran bareng”, batin saya siang itu.
Ternyata selain saling sharing tentang beragam kuliner Indonesia, WAG IDFB juga kerap membagikan tips dan trik perihal handling bahan makanan.
“Wah, menarik banget ini”, ucap saja saat scrolling obrolan di WAG IDFB. Soalnya selain hobi kulineran, saya juga senang memasak. Selain punya waktu yang cukup longgar, memasak menjadi salah satu upaya saya agar “tidak besar pasak dari pada tiang”.
Obrolan-Obrolan Seru di WAG IDFB
Sabtu, awal Agustus lalu misalnya. Mbak Ningsih, salah satu member grup IDFB sempat bertanya terkait cara handling kulit dimsum yang sudah kaku karena disimpan di kulkas biar lemas tapi tidak retak. Tak lama berselang, berbagai jawaban pun meluncur dari anggota IDFB lainnya.
Penasaran juga bagaimana pendapat kawan-kawan di WAG Komunitas IDFB? Berikut beberapa diantaranya. Siapa tahu ada diantara teman-teman sekalian ada yang membutuhkannya juga.
“Pas simpan, aku biasa pisahin per 10 lembar, gitu. Jadi pas mau dipakai bisa cepat dipisahin yang mau dipakai saja. Sisanya bisa disimpan lagi. Jadi yang dilumerin yang mau dipakai saja sehingga waktu tunggunya jadi tidak terlalu lama”, jawab Mbak Andriani. Salah satu member IDFB yang tipsnya langsung saya praktekin.
“Kalau mau pakai di pagi hari, malam sebelumnya sudah aku pindahin dari freezer ke refrigerator, jadi lumernya bisa pelan-pelan”, tambahnya kemudian.
Ada juga tips lain dari Kak Yui. Ia menjawab dengan: “Kalau kulit dimsumnya beli banyak, semuanya saya taruh di freezer. Pas mau dicairin di suhu ruang kondisinya harus tertutup. Misalnya dibungkus dengan kain. Kalau sudah tidak lengket bisa langsung dipakai seperti biasanya”.
Meski terkesan sepele, namun tips & trick semacam ini tuh berguna banget buat orang yang hobi masak seperti saya. Macam punya kakak-kakak online yang vibes-nya positif terus.
Lebih Dekat dengan IDFB
IDFB merupakan komunitas food blogger nasional pertama di Indonesia. IDFB sendiri didirikan oleh sekumpulan foodblogger Indonesia yang berdomisili di berbagai negara, meliputi Andrie Anne (@anne_vij), Pepy Nasution (@impepynasution), Ellen Antheunis (@ellen_antheunis), Freeyanti Inev (http://dapoerku.blogspot.com) dan Elsye Suranto (http://sarangjapati.blogspot.com/) pada bulan Juli 2011 silam.
Salah satu keunikan dari IDFB adalah anggota komunitas yang berangkat dari kegemaran spesifik yang sama, yaitu menulis di blog maupun sosial media. Selain menulis, anggota komunitas juga antusias dalam hal photography dan videography khususnya untuk food and beverage. Kalau punya hobi yang sama, jangan heran kalau obrolan antar anggotanya langsung nyambung satu sama lain, hehe.
Guna membantu para admin di Indonesia dan belum adanya admin dari benua Australia, bergabunglah Wulan Sucipto (@febrilianita) juga Tika Hapsari Nilmada (http://cemplangcemplung.blogspot.com/). Namun karena kesibukan masing-masing, team awal berdirinya IDFB sempat bubar.
Sekarang IDFB dikelola oleh Andrie Anne (@anne_vij) , Setianingsih Sumaryo (http://kokifrustasi.wordpress.com), Ayub Tahang (@ayubtahang) dan Primastuti Satrianto (http://tamasyaku.com). Yang terakhir ini kerap disapa dengan sapaan Manda. Kawan bloger saya yang sempat saya singgung di awal cerita terkait perkenalan saya dengan IDFB.
Sebagaimana komunitas lainnya, Indonesian Food Blogger juga memiliki visi dan misi yang jelas dan terarah. Dalam hal ini, IDFB memiliki visi untuk ‘mengglobal’, dalam artian selali berusaha untuk mengikuti perkembangan zaman, mendunia, mampu memanfaatkan perkembangan teknologi dan tidak menjadi ‘katak dalam tempurung’.
Selain mengglobal, yang tidak kalah penting adalah ‘tidak kehilangan jati diri’, dalam hal ini jati diri bangsa. Kegiatan foodbloging ini diharapkan tetap dalam kerangka itu. Mengingat banyaknya foodblogger asal Indonesia yang sangat aktif dalam hal blogging, memanfaatkan Facebook dan sosmed lain, maka founder IDFB merasa perlu membentuk group untuk mewadahi para foodblogger ini.
Group ini diharapkan mampu menyatukan, menjalin silaturahmi, tukar menukar info, membuat kita semua makin cinta dgn kuliner Indonesia dan mempromosikannya di mata dunia mengingat pemakai sosial media dari Indonesia memiliki jumlah yang signifikan. Karena itulah selain bekerja sama dengan supplier Food Market Hub yang berisi brand berisikan berbagai brand produsen pangan lokal, IDFB juga aktif mempromosikan brand kuliner lokal via sosial media.
Tidak heran jika IDFB banyak tercatat di berbagai liputan media mulai dari detik.com, techinasia.com, okezone.com, RRI - VoI hingga femina.co.id dan berbagai media besar lainnya. Di sisi lain IDFB juga tidak berhenti untuk men-challenge para anggotanya dengan berbagai event menarik mulai dari lomba konten via Instagram yang dapat ditrack dengan hastag #IDFBIGChallenge hingga lomba blog yang dapat teman-teman temukan melalui hastag #IDFBBlogChallenge. Berbagai challenge tersebut tidak lain sebagai wujud nyata IDFB dalam mengangkat sekaligus melestarikan kuliner tradisional Indonesia di tengah dinamisnya gempuran kuliner modern.
Terngiang kembali dengan perkataan pakar kuliner Indonesia, William Wongso, di berbagai media massa yang mengatakan bahwa ‘Sekarang saatnya diplomasi makanan’. Tentu hal ini bukan hanya omong kosong. Dengan semangat yang kurang lebih sama, deretan aktivitas inilah yang menjadi kontribusi nyata IDFB untuk kemajuan dunia kuliner Indonesia.
Tak mau berleha-leha, hingga kini Komunitas Indonesian Food Blogger terus mengembangkan diri untuk turut berpartisipasi, mempelajari dan menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi. Selainn itu IDFB juga terus mengoptimalisasi penggunaan sosial media dan tetap memperhatikan perkembangan dalam dunia food and beverage.
Tidak heran jika IDFB memiliki kegiatan rutin mulai dari pertemuan off air hingga challenge yang rutin dilakukan per dua bulan sekali seperti yang sempat saya singgung sebelumnya.
Kegiatan yang pernah diadakan sebelumnya pun tidak jauh-jauh dari dunia perkulineran, mulai dari workshop/food photography class, melakukan aktivitas charity seperti mengajarkan cara membuat kukis ekonomis untuk dijual kepada ibu-ibu di daerah Benhil Jaksel, resto review, food review, product review, dll.
Dengan merangkul anggota dari berbagai profesi, mulai dari ibu rumah tangga, pegawai negeri, pekerja swasta, wiraswasta hingga mahasiswa, komunitas pecinta kuliner yang saat ini diketuai oleh Andrie Anne ini mengajak semua pihak untuk turut berpartisipasi memajukan khasanah kuliner nusantara. Dengan beranggotakan sekitar 14.600an di Grup Facebook dan 1.400 blogger di website, IDFB senantiasa membuka pendaftaran bagi calon anggota baru.
Tertarik? Yuk, Gabung di Komunitas IDFB?
Lantas, bagaimana cara bergabung di Komunitas IDFB? Terkait hal ini, caranya terbilang sangat mudah. Teman-teman hanya disyaratkan untuk mengisi formulir pendafaran di sini. Jangan lupa untuk gabung di Instagram dan Grup Facebooknya juga ya. Yuk ramaikan kegiatan di bulan kemerdekaan dengan menggaungkan kuliner nusantara bersama Komunitas IDFB?
Salam hangat dari Jogja,
-Retno-