Mohon tunggu...
Syanuwalini Syafruddin
Syanuwalini Syafruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah yang senang dengan hal baru nan menantang

Share if you care...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Dari Bilik Suara Hingga ke Warung Kopi, Hasil Quick Count Vs KPU

15 Februari 2024   10:37 Diperbarui: 15 Februari 2024   10:37 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hasil quick count bukanlah hasil resmi namun penetapan hasil Pemilu Presiden di Indonesia memasuki babak penentuan dimana Komisi Pemilihan Umum (KPU) sedang sibuk merekapitulasi suara yang masuk atas tiga pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) bertarung dalam pilpres 2024 yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Tanggal 14 Februari 2024 adalah momentum yang tepat menentukan nasib bangsa lima tahun ke depan dan akan seperti apa perencanaan kepala negara dalam mengawal pembangunan disegala lini dan penjuru bumi pertiwi ini dipertaruhkan hingga menuju ke pemilu yang akan datang. Kemarin adalah hari milik rakyat, siapapun dia asalkan warga negara Indonesia maka ia pantas dan berhak menentukan pilihannya melalui surat suara yang dicoblos dibalik bilik suara menggunakan paku dan bantalan yang telah disediakan oleh panitia.

Warga yang berduyun-duyun menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) diharuskan membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) agar keabsahan kartu pemilih sesuai prosedur dan tidak digunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Petugas TPS pastinya telah sampai dan siap lebih awal menanti para pemilih menuju Indonesia yang berkelanjutan dalam pemerintahan yang berdaulat. Pemandangan semacam ini hanya dapat dirasakan setiap lima tahun sekali maka dari  itu jangan sia-siakan hak suara kita.

Satu hal yang menjadi fenomena menarik lainnya adalah dominasi generasi muda sebagai pemilih dalam pesta demokrasi. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan, dari 204.807.222 orang yang punya hak pilih, 55% atau sekitar 114 juta di antaranya adalah suara Gen Z dan milenial. Itu artinya,  suara anak muda, bakal memiliki kekuatan super besar dalam menentukan masa depan negara Indonesia.

Usai mencoblos, kaum millineal inipun tampak di  beberapa cafe nongkrong menikmati sofdrink sembari membahas capres yang akan terpilih nanti. Adapun Gen X malah lebih nyaman berkumpul di warung-warung kopi menyeruput kopi hitamnya dan dengan bebasnya mengepulkan asap rokok dari bibir mereka yang tengah membahas prediksi hasil pemilu tahun ini. Para simpatisan baik yang tua ataupun muda dari kubu masing-masing paslon terdengar mengagung-agungkan paslon mereka bahkan tak jarang ada yang berselisih pendapat satu sama lainnya.

Stasiun TV sibuk menanyangkan berita seputar pemilu 2024 dan running teksnya pun hanya dipenuhi lagi-lagi kabar pemilu diseluruh pelosok negeri. Quick Count yang ada dilayar TV pun berbeda hasilnya, antara stasiun TV A dan B dan cukup mencolok hasil quick count disana dimana paslon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memimpin sementara pemerolehan suara atas kedua paslon dari sekian persen suara yang telah masuk.

Indonesia hari ini hingga Hari H pengumuman capres terpilih nanti masih dalam situasi teka teki sebab santer di media-media online seperti kanal youtube membahas persoalan ketidaksesuaian antara hasil yang beredar berdasarkan quick count dan hasil rekap petugas disetiap TPS. Prosesi demokrasi yang kita percaya selama ini jangan sampai menjadi kendaraan politik oligarki yang memuluskan tahta kedinastiannya. Indonesia jangan menjadi negeri yang lemah dikandang sendiri, masih banyak ulama, politikus dan kaum intelektual yang perduli dengan nasib bangsa ini. Begitupun kita semua yang telah hidup dari buaian ibu hingga saat ini memiliki peran yang besar untuk menjaga negeri tercinta ini.

Kita berharap hasil pemilu tahun ini jauh dari isu kecurangan masif terstruktur antara lain isu tentang kepala desa yang digerakkan untuk menahkodai  pemilih didesa-desa adalah oknum yang dibiarkan tersandera korupsi dana desa oleh pemerintah pusat, persoalan bansos hingga Bantuan Langsung Tunai (BLT) ratusan triliun dalam tiga bulan terakhir dibagikan serempak ke puluhan ribu desa untuk ditukar dengan hak suara mereka yang notabene tidak mengetahui sistem demokrasi menjadi target yang mudah untuk dimanipulasi ditambah pergerakan disetiap kementerian melalui aparatur-aparaturnya, itu semua tidak benar.

Hasil pesta demokrasi ini belum usai dan kita semua menanti keputusan final dan akurat dari KPU. Semoga hasil akhir perhitungan suara memberikan kepuasan atas prosesi demokrasi di Indonesia bukan justru sebaliknya. Dari bilik suara, kita menitipkan harapan besar semoga Indonesia bisa lebih maju dan berkembang meninggalkan riak-riak ketidakadilan, berusaha memilih pemimpin yang layak dan dipantaskan sesuai takdir baik kita semua merupakan manifestasi negeri menuju masyarakat yang memiliki martabat berbangsa dan bernegara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun