Mohon tunggu...
Lintang Pualam
Lintang Pualam Mohon Tunggu... Guru - Puitis bukan hanya milik sang penyair

Lahir di Cilacap, kota indah dengan pantai yang membentang di sisi selatan pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bertahanlah Sayang

26 Januari 2020   22:53 Diperbarui: 26 Januari 2020   22:53 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari brilio.net

Pintu mobil terbuka, tanpa menunggu lama dilarikan kakinya mengharap pertolongan cepat dilakukan tim medis. Tubuh ringkih Nilam kini terbaring kaku diatas ranjang rumah sakit. CPR diberikan, namun terlambat. Tuhan berkehendak lain. Nyawa Nilam tak tertolong. 

Ibunya kini merosot lemas menyesali diri. Kenapa semua ini harus terjadi pada anaknya?

Anak sekecil ini, tak ada dosa pada dirinya. Kenapa harus anaknya, raungnya tak berdaya.

"Bangunlah nak, ibu disini" rintihnya pilu.

Anaknya, titipan dari Tuhan, kini sudah diambil lagi oleh-Nya. Kita manusia bisa apa?

Dengan sakit yang dianggap biasa, namun mampu merenggut buah hatinya, seolah hati ibu yang kini ditinggal anaknya kini tercabik. "Nilam maafkan ibu nak, andaikan ibu tak lalai, kau mungkin masih bersama ibu" sesal takkan mengembalikan waktu, dielusnya wajah anaknya yang kini tenang.

"Selamat jalan sayang, tunggu ibu di surga"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun