Mohon tunggu...
Lyfe

Adu "Kece" Universitas

14 April 2016   14:37 Diperbarui: 14 April 2016   14:48 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini kita dihadapkan pada kecanggihan teknologi yang sedang marak-maraknya diserbu oleh seluruh lapisan masyarakat. Tua muda sekarang sama canggihnya. Dengan demikian, kita tidak mungkin menutup mata untuk tidak menerima terpaan teknologi yang selalu memberikan kemudahan dalam kehidupan kita. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai macam jenis media sosial. Media sosial yang sedang memasuki puncak populer saat ini setelah facebook dan twitter adalah instagram. Instagram merupakan sebuah media sosial yang berisikan foto-foto yang diunggah oleh penggunanya, dan dengan saling mem-follow maka pengguna mendapatkan teman dan mendapatkan feedback berupa “love” sebagai tanda bahwa postingan pengguna disukai. Media sosial yang satu ini sedang marak-maraknya digunakan oleh kaum muda. 

Selain sebagai aplikasi yang menunjang mereka yang memiliki hobi fotografi untuk dinikmati banyak orang dan menjalin pertemanan, instagram juga digunakan sebagai ajang eksistensi diri. Bagaimana tidak, kecanggihan yang ada membuat kaum muda tidak mau untuk ketinggalan zaman. Gadget dengan berbagai merek dan kecanggihannya marak dipasaran dan menjadi target incaran kaum muda. Mulai dari yang murah hingga yang perlu merogoh kantong yang dalam, gadget dapat memfasilitasi kaum muda untuk menjadi eksis.

Kaum muda saat ini memang tiada hentinya menciptakan kreativitas yang kemudian akan dipamerkan dalam sebuah media sosial. Sebagai salah satu contoh, fenomena selfie atau kegiatan yang melibatkan seseorang atau banyak orang untuk berfoto dengan gayanya masing-masing. Selfie yang sedang marak ini membawa ide para mahasiswa diberbagai universitas diseluruh penjuru Indonesia sebagai ajang pamer para mahasiswa perempuan yang memiliki paras yang cantik. Sebagai salah satu contoh, akun instagram @potensiuajy. Entah siapa yang membuat dan memulai ide tersebut, didalamnya termuat foto-foto mahasiswi cantik dari berbagai fakultas dari satu universitas. Nampaknya, foto-foto tersebut didapat dari akun instagram teman-teman mereka dan yang mereka anggap cantik lalu di­-upload. Tak ketinggalan, foto para dosen yang mereka anggap cantikpun mereka unggah.  

Dari mulut ke mulut. Rupanya itulah yang  menjadikan akun-akun “mahasiswa cantik” tersebut fenomenal.  Dari situ juga muncul “persaingan” antar universitas yang memiliki “mahasiswa cantik” ini. Sejauh yang terjadi saat ini, belum pernah terjadi konflik akibat adanya akun-akun ini. Bahwa artinya memang para pengguna media sosial masih memiliki kontrol untuk tidak menyulut emosi atau melakukan pelecehan.

Mengapa pelecehan menjadi salah satu alasan yang nampak dari kasus ini? Karena hal ini berkaitan dengan masalah bagaimana persepsi orang ketika mendengar kata “cantik”. Anstipasi terhadap hal ini menjadi penting karena terlalu sensitif. Tidak semua orang setuju bahwa cantik adalah mereka yang memiliki kulit putih, mulus, tidak berjerawat, bertubuh langsing, dan lain sebagainya. Karena jika memang demikian semua orang setuju dengan hal tersebut maka, muncul ketidakadilan bagi mereka yang tinggal diwilayah timur Indonesia misalnya. Rata-rata dari mereka memiliki bentuk tubuh dan kulit yang tidak sama dengan mereka yang tinggal di Pulau Jawa. Mereka memiliki keunikannya masing-masing dengan latar sosial dan budaya yang beragam. Mungkin kita akan menganggap “aneh” karena hal tersebut tidak sama dengan apa yang terjadi pada diri kita sendiri.

Kreativitas memang tidak bisa dibatasi. Setiap orang bebas untuk mengekspresikan apa yang menurutnya baik. Terlebih saat ini kita hidup di zaman demokrasi. Kita bebas dan dilindungi untuk menyuarakan aspirasi, ide, dan gagasan.

Hal yang dilakukan oleh banyak mahasiswa ini rasa-rasanya kurang pantas sebagai kaum yang berpendidikan. Katakanlah itu tidak menyingung mereka yang memiliki tubuh seperti yang digambarkan dalam akun-akun instagram tersebut. Namun, jika itu malah menjadi sebuah tekanan bagi mereka yang tidak memiliki kekurangan tapi tidak percaya diri untuk menyatakan diri sebagai perempuan yang cantik juga dan terjadi hal-hal yang diuar dugaan? Tidak akan ada yang bertanggung jawab atas hal tersebut.

Cantik memang tidak ada patokannya. Cantik juga tidak menjamin sebuah universitas layak di”adu” hanya karena juara dalam hal cantik. Tidak ada salahnya dengan kecantikan dalam bidang pendidikan. Namun alangkah lebih baik, hal itu menjadikan sebuah dorongan yang positif dan bisa menjadikan sebuah semangat agar sebuah lembaga pendidikan memiliki SDM yang berkualitas sehingga apa yang dikatakan cantik, tampan, pintar lebih lengkap dengan bekal moral dan etika sebagai orang yang ditempa di pendidikan tinggi. 

Jika apa yang sudah mahasiswa itu lakukan hanya sebagai sebuah hiburan, alangkah lebih baik menciptakan hiburan yang lebih baik, bermutu, dan bermanfaat yang tidak mengundang rasa cemas atau dalam perhatian khusus. Kita sudah muak dengan hiburan yang hanya menyajikan hal-hal yang harus melibatkan fisik.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun