(Madiun Lor 29/6/05) Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam hidup seseorang, sebagai bagian baru dalam perjalanan hidup. Pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Kesakralan itu tercermin dari proses adat yang dilaksanakan sebelum, ketika dan sesudah pernikahan digelar. Meski masyarakat modern sering menganggap prosesi adat itu rumit. Namun, tidak sedikit orang yang tetap memandang penting prosesi adat tersebut sebagai bagian dari kelangsungan acara pernikahan
Prosesi pernikahan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, seperti di Madiun. Pada saat sebelum pernikahan, pengantin dan keluarga pengantin melakukan beberapa kegiatan untuk mempersiapkan,baik kelancaran acara hingga kesiapan lahir dan batin dari pengantin. Persiapan itu dilakukan dalam bentuk slametan dan beberapa prosesi adat, yaitu siraman dan midodareni. ua sampai satu Minggu sebelum hari pernikahan keluarga dari mempelai wanita biasanya akan mengirim lauk-pauk kekerabat, saudara dan juga tetangga sekitar. Kegiatan ini disebut sebagai punjunga atau munjung. Punjungan berfungsi sebagai undangan kepada saudara bahwa yang munjungi akan mengadakan hajat. Punjungan ini biasanya berbentuk laukpauk yang terdiri dari ayam, sambal goreng kentang dan mie serta nasi yang diwadahi rantang. Malam sebelum prosesi pernikahan, biasanya masyarakat Madiun melaksanakan slametan. Ini dilakukan sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan agar prosesi pernikahan nantinya akan lancar dan tidak mengalami gangguan dalam bentuk apapun.
Akad nikah merupakan acara paling utama dalam rangkaian prosesi pernikahan. Tata cara akad nikah dilaksanakan sesuai dengan agama dari kedua pengantin. Setelah akad dinyatakan oleh para saksi, maka pengantin sudah dapat dinyatakan sebagai suami istri. Setelah akad nikah berlangsung, akan ada upacara yang mempertemukan dan dipersatukan dengan pengantin wanita, yang disebut sebagai Temu Temanten. Pada awalnya pengantin perempuan yang sudah dirias lengkap akan menunggu kedatangan pengantin pria. Setelah pengantin pria datang akan ada pertukaran kembang mayng dari kata pengiring pengantin, kedua mempelai akan berdiri berhadapan lalu saling melempar fantakan, yaitu daun suruh yang digulung dan diikat dengan benang. Menurut masyarakat Madiun, siapa yang paling cepat maka dialah yang akan berkuasa dalam rumah tangga. Tapi ada anggapan lain yang menyatakan bahwa saling melempar gantalan ini melambangkan hidup kedua suami istri yanga kan saling memberi kasih sayang secara tulus.
Singgah sejenak di laman sederhanaÂ
Mentari pagi bersinar cerahÂ
Terima kasih sudah datang membacaÂ
Kunjungan anda sungguh bermakna
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI