Minat baca berbanding lurus dengan kemajuan suatu pendidikan dan bangsa. Membaca merupakan sebuah kegiatan yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Dan belajar seringkali identik dengan hal membaca. Kecerdasan dan pengetahuan merupakan sebuah kualitas suatu bangsa. Dan budaya literasi menjadi peran yang paling penting dalam menciptakan kecerdasan bangsa.
Tetapi, ironisnya minat baca di Indonesia berdasarkan data survei dari Program for International Student Assessment (PISA) menempati peringkat ke 62 dari 70 negara atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi paling rendah. Kemudian, menurut data balitbang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) di provinsi Jawa Barat, masih sangat rendah yaitu di angka 39,47.  Literasi menjadi salah satu kemampuan seseorang dalam mendapatkan, memahami dan mengolah  informasi dalam bentuk membaca atau menulis guna meningkatkan potensi dan nilai bangsa. Dengan literasi seseorang dapat menambah pengetahuan salah satunya tentang sejarah kebudayaan.
Bahkan, literasi sangat penting untuk generasi zaman sekarang hal ini berguna bagi kemajuan suatu bangsa dan negara. Banyak sekali tujuan dan manfaat dari adanya literasi ini selain dapat meningkatkan potensi dan nilai bangsa. Literasi juga dapat menumbuhkan dan mengembangkan nilai karakter pada diri seseorang, dapat mengoptimalkan kinerja otak, dapat menambah wawasan yang lebih luas, dapat meningkatkan fokus pada diri kita, dapat melatih kemampuan berpikir kritis, dapat memperbanyak kosa kata dan dapat meningkatkan sikap kritis dalam menganalisa sebuah permasalahan atau karya tulis seseorang. Banyak sekali manfaat dalam pengimplementasikan literasi membaca dan menulis.
Tercatat dalam sejarah julukan kaum muda terpelajar merupakan julukan bagi para penggerak kebangkitan nasional Indonesia. Kala itu pada masa penjajahan mengapa dijuluki kaum muda terpelajar, karena para pemuda dahulu itu sebagai inisiator penggerak kebangkitan bangsa bukan hanya itu mereka juga memiliki keberuntungan untuk sekolah di masa penjajahan. Lalu, mereka menyerap banyak wawasan yang luas. Maka dari itu, diberilah julukan kaum muda terpelajar. Banyak sekali ide-ide yang muncul dari kaum muda terpelajar ini salah satunya yaitu ide pergerakan nasional. Mereka memperoleh ide tersebut dari pemikiran yang mereka dapatkan dalam buku-buku yang mereka baca kala itu. Tokoh-tokoh tersebut seperti Mohammad Hatta, Soerkarno maupun Tan Malaka mereka merupakan tokoh-tokoh yang gemar membaca bahkan mereka pun dikenal sebagai penggila buku.
Mohammad Hatta salah satu penggerak kebangkitan nasional yang menggilai buku. Kecintaan Mohammad Hatta pada buku sejak ia kecil. Bahkan,uniknya Ketika Hatta akan menikah, peristiwa pernikahannya tak luput dari buku dan maskawinnya pun yang diberi Hatta pada Rahmi (istrinya) adalah buku yang memiliki judul "Alam Pikiran Yunani", Ibu beliau tidak setuju dengan maskawin yang akan diberikan itu, tetapi Hatta bersikeras untuk tetap memberi masakawin buku tersebut karena buku tersebut merupakan karya Hatta sendiri yang menurutnya lebih berharga dari bentuk hadiah pernikahan lainnya. Hatta juga dikenal sebagi penulis yang sangat produktif. Bahkan ia salah satu tokoh yang memiliki banyak karya tulisan pada masa pergerakan kebangkitkan nasional itu. Kutipan bung Hatta yang familier yaitu "Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas."
Dengan sejarah pergerakan kebangkitan nasional itu buku bacaan menjadi salah satu tolak ukur kemajuan bangsa dan negara yang tak bisa dikesampingkan bagi para tokoh penggila buku pada masa penjajahan dan masa kebangkitan nasional. Maka dengan buku banyak sekali kebermanfaatan untuk berlangsungnya proses akademisi seseorang dan menguasai literasi membaca menjadi tulang punggung kemajuan peradaban suatu bangsa dalam aspek-aspek yang ada dalam kehidupan. Dengan hal itu, literasi perlu ditanamkan sejak dini agar anak-anak dapat lebih mengenal bahan bacaan dan menguasai dunia tulis -- menulis juga dapat menjadi sosok generasi bangsa di kemudian hari yang lebih memiliki kualitas tinggi dalam hal literasi.
Permasalahan literasi di Indonesia menjadi representasi bagi generasi millennial demi menciptakan peradaban untuk kemajuan suatu bangsa  dan negara. Karena sebuah bangsa besar tanpa tradisi literasi hanya akan menjadi bangsa yang tidak memiliki harapan masa depan yang cerah. Banyak solusi agar dunia literasi selalu tetap terbentuk hal yang paling pertama ialah perlu adanya pemerataan pendidikan dan memperbaiki kualitasnya hingga dapat mendorong tingkat melek aksara yang lebih optimal, kemudian perlu adanya pengabdian kepada masyakat agar dapat membangun pola pikir dan kebiasaan masyarakat untuk membudayakan literasi, mengembangkan motivasi minat baca melalui sosialisasi yang inovatif, menjadi pelopor peningkatan kualitas literasi dimulai dari ruang lingkup daerah dengan berperan sebagai representasi perpusatakan dan membuat program yang dapat menginpirasi dan juga mampu mendorong budaya literasi dan membuat komunitas membaca yang terbuka sebagai ruang diskusi dan berbagi pengetahuan.
Dengan mengimplementasikan solusi-solusi tersebut budaya literasi di negeri ini bisa berperan lebih aktif dan menjadi motivasi serta menciptakan calon-calon pemimpin yang berkualitas bagi Indonesia.