Mohon tunggu...
Lim Hendra
Lim Hendra Mohon Tunggu... Guru - Dosen, Pelatih dan Pembicara

Sedang belajar untuk menjadi lebih baik setiap hari

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Etika Bepergian dengan Pesawat

6 Juni 2019   08:09 Diperbarui: 6 Juni 2019   08:14 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Bepergian dengan pesawat adalah suatu pengalaman yang dapat dirasakan oleh banyak orang. Terbang tidak lagi identik dengan pengalaman orang kaya. Di era penerbangan berbiaya murah, harga tiket pesawat untuk rute-rute tertentu sangat menggoda. Jakarta -- Lampung pernah dihargai Rp 190.000,-, sedangkan Jakarta -- Palembang pernah menyentuh harga Rp 331.000,-.  

Jakarta -- Medan yang ditempuh selama kurang lebih dua jam juga pernah dijual Rp 299.000,- (lebih murah daripada total ongkok Jakarta -- Medan via darat dengan bus). Di masa tersebut, banyak orang yang akhirnya pernah merasakan naik pesawat yang sebelumnya dirasakan sangat mahal.  "Kami membuat orang-orang terbang" dan "Sekarang setiap orang dapat terbang" adalah jargon dari dua maskapai penerbangan berbiaya murah yang hingga sekarang masih beroperasi.  

Mereka memberikan kesempatan kepada banyak orang untuk menikmati rasanya bepergian dengan pesawat. Semakin banyak orang yang terbang, maka etika ketika "terbang" pun penting untuk disebarluaskan.  

Proses terbang dengan pesawat terdiri dari tiga tahapan, yaitu sebelum naik ke pesawat, saat berada di dalam pesawat, dan meninggalkan pesawat.  Setiap tahap terdiri dari beberapa proses yang harus dilewati satu persatu.   

Kepatuhan kepada setiap tahap akan membantu perjalanan menjadi lancar. Ketepatan waktu dan kepedulian kepada sesama penumpang adalah dua perilaku yang akan membuat perjalanan menjadi lebih nyaman.  Dengan sedikit pemahaman tentang proses ini, etika terbang dapat membantu mewujudkan budaya rapi dan beradab ketika menggunakan jasa transportasi udara.

Tahap pertama "terbang" adalah sebelum naik ke pesawat. Di tahap ini Anda harus melakukan proses cek in, memasukkan bagasi, menerima boarding pass dan menunggu di ruang tunggu sesuai dengan pintu keberangkatan.  Ketepatan waktu sangat menjamin apakah seseorang akan terbang atau ditinggal pesawat.

Etika "terbang" yang pertama dimulai ketika proses naik ke pesawat. Mengantri adalah kewajiban. Selain itu, yang terpenting adalah mengantri sesuai dengan urutan nomor tempat duduk Anda.  Di Indonesia, penumpang langsung berhamburan menuju pintu keberangkatan ketika mendengar panggilan naik pesawat.  

Ini bukan sikap yang etis.  Penumpang harus mendahulukan orangtua, ibu dengan bayi dan anak-anak karena mereka lambat dan membutuhkan bantuan untuk mencari tempat duduk  Kadang, petugas mengumumkan bahwa penumpang dengan nomor tempat duduk 16 -- 31 atau di zona 1, zona 2 dan seterusnya, dipersilahkan untuk masuk ke pesawat terlebih dahulu. Itu adalah nomor-nomor kursi di deretan belakang.  

Bila mereka masuk pesawat, mereka langsung ke belakang dan meletakkan bagasi mereka di tempat bagasi kabin di atas Ini akan mempercepat proses naik ke pesawat Ikuti arahan dari petugas dan ijinkan mereka naik ke pesawat terlebih dahulu

Etika "terbang" kedua adalah ketika Anda berada di dalam pesawat.  Duduklah di kursi yang telah ditentukan sesuai dengan nomor di boarding pass.  Itu adalah hak Anda, sama seperti hak penumpang yang lain untuk duduk di tempat yang dia telah pilih.  

Kadang-kadang, ada kejadian penumpang duduk di kursi orang lain. Ini biasanya terjadi untuk tempat duduk di dekat jendela.  Rata-rata penumpang ingin duduk di jendela tapi kadang-kadang tempat itu sudah tidak tersedia ketika mereka cek in. Mereka masuk dan duduk duluan di kursi di dekat jendela berharap bahwa tempat itu akan kosong.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun