Mohon tunggu...
Limantina Sihaloho
Limantina Sihaloho Mohon Tunggu... Petani - Pecinta Kehidupan

Di samping senang menulis, saya senang berkebun, memasak (menu vegetarian), keluar masuk kampung atau hutan, dan bersepeda ontels.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Danau Toba Tempo Dulu

27 Maret 2010   03:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:10 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_103423" align="alignleft" width="300" caption="Ada tulisan tahun dalam gambar ini: 1913. (Sumber: Koleksi Foto dalam Album FB Ferry W Nainggolan)"][/caption] Waktu kecil di Samosir, kadang-kadang saya ikut ompung (kakek) saya ke Haranggaol di seberang naik kapal. Biasanya pada hari Senin; hari pekan. Dua kali dalam seminggu, ada pekan di Haranggaol: Senin dan Kamis. Yang paling ramai adalah di hari Senin. Kapal yang kami tompangi berukuran sedang bermuatan maksimal 100 orang. Menuju pekan Haranggaol dari Parbaba, Samosir, kapal melaju sarat bawaan berupa bawang merah an bawang putih hasil pertanian. Sebagian petani seperti ompung saya suka pergi menjual bawangnya ke pekan sekalian berbelanja kebutuhan rumah tangga. Di musim kemarau, perjalanan dari Samosir ke Haranggaol kurang menyenangkan sebab angin bertiup kencang menyebabkan kapal oleng ke kiri dan kanan terhempas ombak. Waktu saya kecil dan sampai sekarang, masih ada perahu-kayu di Samosir walau saya perhatikan jumlahnya terus berkurang. Dalam bahasa lokal (Batak Toba) kami menyebut perahu-kayu: solu. Ukurannya tidak terlalu panjang, sekitar 3 sampai 5 meter. Betapa menakjubkan menemukan beberapa gambar solu yang penduduk Samosir dan sekitarnya pergunakan pada permulaan abad ke-20 seperti dalam gambar di sini. Solu mereka sangat panjang. Kalau musim kemarau dan angin bertiup kencang, wah, olengan pada solu bisa menakutkan penumpang. Ada kalanya angin musim kemarau bisa bertiup kencang dan ombak menjadi besar. Ukuran solu sepanjang itu merupakan satu bukti bahwa penduduk Samosir dan Toba secara umum pada waktu itu relatif mudah memperoleh kayu berukuran besar dan bagus. Kalau kita perhatikan rumah-rumah adat Batak Toba di Samosir dan di wilayah Toba pada umumnya, lantai rumah adat itu yang terbuat dari papan berukuran lebar dengan jenis kayu yang bagus. Lebar maisng-masing kayu lantai rumah itu banyak yang berkisar antara 0,5 sampai 1m. Dulu mereka mempunyai kebijakan tersendiri untuk membangun rumah dan solu. Mereka kerjakan secara gotong royong. Tak ada yang sembarangan boleh menebang hutan di sembarang tempat. Masing-masing marga mempunyai wilayah hutan tersendiri. Hutan juga menjadi tempat kramat dalam arti yang positif tetapi belakangan menjadi negatif setelah Kekristenan masuk di Tanah Batak. Orang-orang zaman dulu mempunyai persepsi tertentu tentang hutan dan kayu; mereka tidak sembarangan memotong kayu-kayu besar. Setelah Kekristenan masuk, para missionaris bilang, tak ada yang perlu ditakuti dari hutan dan pohon. Sejak itu, sikap manusia Batak terhadap hutan dan kayu berubah; tidak lagi melihatnya sebagai yang sakral tetapi sudah sebagai objek untuk dieksploitasi. [caption id="attachment_103426" align="alignleft" width="300" caption="(Sumber: Koleksi Foto dalam Album FB Ferry W Nainggolan) "][/caption] Pola dan sikap ini terus berlangsung kecuali di kalangan Parmalim. Akibatnya, masyarakat Batak rapuh menghadapi berbagai persoalan penggudulan hutan di Tanah Batak terutama oleh PT Inti Indorayon Utama yang telah berubah sisik menjadi PT Toba Pulp Lestari. Yang lestari adalah pulpnya tetapi hutan dan lingkungan di Tanah Batak menjadi rusak berat akibat PT TPL yang di zaman Gus Dur sudah ditutup tetapi di zaman Megawati yang katanya nasionalis itu justru dibuka kembali. Nasionalisme apa itu membiarkan Tanah Batak menjadi rusak oleh seorang putri Soekarno pula? Orang-orang Batak pada permulaan kemerdekaan mempunyai sumbangsih penting di republik ini; kok yang mengaku nasionalis ini malah membiarkan PT Inti Indorayon Utama beroperasi kembali? Akibatnya terus bertele-tele sampai sekarang; semakin luas hutan yang rusak di Tanah Batak akibat ulah pemerintah yang mengizinkan PT TPL merambah dan menguasai hutan termasuk merambah dan menguasai hutan-kemenyan yang sudah beratus-ratus tahun menjadi sumber perekonomian warga. Nampak kali para pejabat di republik ini kesempatan dalam kesempitan; menjabat sebagai presiden atau menteri atau gubernur atau bupati kan paling lama 5 sampai 10 tahun. Jadi yang nampak dalam periode yang singkat itu adalah berbagai macam ulah mulai dari tebar-tebar pesona sebelum pemilu lalu sibuk dengan kepentingan diri sendiri dan kegiatan-kegiatan berbau seremonial. [caption id="attachment_103427" align="alignright" width="300" caption="(Sumber: Koleksi Foto dalam Album FB Ferry W Nainggolan) "][/caption] Kerusakan hutan khususnya di sekitar Danau Toba merupakan bahaya yang mengancam bagi terutama penduduk sekitar Danau Toba. Belum lagi berbagai macam limbah yang terus menerus masuk ke dalam danau akibat beroperasinya perusahaan asing di tengah-tengah danau ini dan berbagai macam limbah perhotelan, pertanian dan perumahan penduduk. Belum ada sistem pengolahan limbah ramah lingkungan dan ramah terhadap Danau Toba di wilayah danau vulkanik paling besar di dunia dengan panorama yang luar biasa indah ini. Pantas kan kalau pemerintah sebagai penyelenggara negara dan pelayan masyarakat mengambil langkah-langkah tegas bersama dengan masyarakat dan semua pihak terkait untuk memelihara dan merawat Danau Toba ini? Danau seindah ini...! Tak ada duanya pula! *** Tulisan-tulisan berkaitan: Tour de Samosir Bule Jorok di Danau Toba Kota Indah di Tepi Danau Toba/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun