Mohon tunggu...
lilis rofiqoh
lilis rofiqoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG

Saya adalah Mahasiswa PPG prajabatan gelombang 1 2023

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Permainan Tradisional sebagai Wahana Pendidikan Anti Korupsi

16 Maret 2024   00:18 Diperbarui: 16 Maret 2024   00:18 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Permainan tradisional merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia dan merupakan aset kebudayaan yang memiliki ciri khas suatu bangsa. Permainan tradisional diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya serta memiliki nilai budaya bangsa yang harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya (Yenti dan Nurizzati, 2018). Permainan tradisional sangatlah beragam macamnya dan memiliki keunikan di setiap daerah. Misalnya di Jawa Tengah terdapat permainan tradisional Dakon, Bethik, Kontrakol, main kelereng, becak-becakan, Gobak Sodor, dan lompat tali. Permainan tradisional tersebut mengandung 9 nilai anti korupsi yaitu Nilai jujur, nilai disiplin, nilai tanggung jawab, nilai adil, nlai berani, nilai peduli, nilai kerja keras, nilai mandiri, dan nilai tradisional. Seperti Kontrakol mengajarkan untuk menghadapi halangan dan tantangan sehingga nilai kerja keras dapat dibiasakan melalui permainan ini, dakon mengajarkan kepemilikan melalui biji-bijian yang dimiliki setiap pemain sehingga nilai kejujuran diajarkan dalam permainan ini, serta gobag sodor menuntut pemainnya untuk bersikap sportif dan tidak boleh curang atau egois.

Namun, adanya perkembangan teknologi telah menggeser eksistensi permainan tradisional. Hal ini terlihat dari generasi muda saat ini yang lebih mengenal dan lebih mahir dalam memainkan game online, ipod, atau playstation daripada memainkan permainan tradisional seperti lompat tali, petak umpet, gobak sodor. 

Sejalan dengan yang dikatakan oleh Saputra dan Ekawati (2017) bahwa kecanggihan teknologi telah menyajikan berbagai hal yang lebih menarik seperti semakin majunya perkembangan game virtual ataupun online. 

Kepopuleran dari game online di zaman milenial juga telah menjadikan generasi muda mendukung dan mengikuti tren memainkan game online daripada permainan tradisional yang telah dianggap ketinggalan zaman. Dari segi kepraktisan, permainan modern yang dapat dimasukkan ke dalam sebuah ponsel tentunya lebih praktis dimainkan daripada permainan tradisional. Namun, terdapat nilai-nilai dalam permainan tradisional yang tidak didapatkan dalam permainan modern.

Indikasi langsung dari semakin berkembangnya permainan modern adalah adanya perubahan sifat generasi muda menjadi sangat agresif, egois, tidak bertanggung jawab, hilang rasa empati, terasing dari kehidupan sosial, dan lebih parahnya lagi mendorong terjadinya degradasi moral bagi generasi muda yang terlihat dari maraknya perilaku koruptif sebagai gerbang awal adanya tindakan korupsi juga telah banyak dilakukan oleh generasi muda. Seperti anak-anak usia Sekolah Dasar melakukan tindakan tidak jujur dengan meminta uang kembalian kepada penjual jajan padahal belum membayar atau mengambil jajanan tanpa membayarnya. Tidak jarang penjual jajan harus mengalami kerugian akibat adanya ketidakjujuran dari pembelinya. Apabila perilaku koruptif ini terus dibiarkan,  maka generasi korupsi sepanjang masa akan terus ada dan kebiasaan buruk ini akan terus tumbuh di dalam masyarakat (Mubayyinah, 2017: 228).

Oleh karena itu, perlu adanya suatu wahana yang dapat menanamkan nilainilai anti korupsi pada diri anak sekaligus mengupayakan pelestarian kembali permainan tradisional. Salah satunya adalah dengan mengembangkan kampung anti korupsi yang ditujukkan untuk anak usia Sekolah Dasar. Permainan tradisional dipilih sebagai wahana untuk menanamkan nilai anti korupsi karena anak memiliki kecenderungan senang bereksplorasi dan bersosialisasi sehingga aktivitas fisik yang menyenangkan seperti bermain sangat disukai sehingga nilainilai yang diajarkan lebih mudah tertanam pada diri anak sekaligus menjadi bentuk upaya menjaga kelestarian warisan budaya jawa.

Upaya melestarikan permainan tradisional sangat dibutuhkan mengingat di era globalisasi saat ini, permainan tradisional mulai tergeser dengan adanya perkembangan teknologi yang mendukung munculnya game online. Sehingga, minat anak-anak terhadap permainan tradisional semakin berkurang. Permasalahan yang sering terjadi berkaitan dengan kurangnya pendidikan anti korupsi, dianyatanya:

  • Rendahnya minat anak-anak terhadap permainan tradisional
  • Terdapat tindakan koruptif yang dilakukan anak
  • Kurangnya kesadaran masyarakat dalam penanaman nilai-nilai anti korupsi bagi anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun