Mohon tunggu...
Lilis Erna Yulianti
Lilis Erna Yulianti Mohon Tunggu... Guru - Ibu Rumah Tangga, Guru, Coach, Mahasiswi Prodi Komunikasi Universitas Siber Asia

Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru BK di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0

29 Juli 2021   08:24 Diperbarui: 29 Juli 2021   17:29 5621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.freepik.com/free-vector/psychological-help-landing-page_10100823.htm#page=1&query=counsellor&position=20

Saat ini kita berada di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0. Secara konsep keduanya tidak memiliki perbedaan yang jauh. Revolusi industri 4.0 menggunakan kecerdasan buatan sedangkan society 5.0 memfokuskan pada komponen manusianya. Kehadiran society 5.0 menjadi solusi dalam mengantisipasi terjadinya disrupsi akibat revolusi industri 4.0. Munculnya teknologi tinggi tren otomasi dan pertukaran data seperti internet of things (IoT), sistem cyber-fisik, komputasi awan, dan komputasi kognitif telah menimbulkan dampak pada kehidupan manusia yang penuh gejolak, ketidakpastian, kompleksitas dan ambiguitas. Oleh karena itu, pada masa society 5.0 ini manusia dituntut agar memiliki kecakapan abad 21 yang dikenal dengan istilah 4C berupa kompetensi berkomunikasi (Communication), kolaborasi (Collaboration) , kreativitas (Creativity) dan berpikir kritis tingkat tinggi (Critical Thinking).

Untuk menghadapi era society 5.0 ini diperlukan perubahan paradigma di segala aspek kehidupan  termasuk di dunia pendidikan. Satuan pendidikan sebagai gerbang strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia unggul perlu mempersiapan diri menghadapi era society 5.0. Tidak terkecuali pendidik. Salah satu pendidik yang memiliki keunikan konteks tugasnya adalah guru Bimbingan dan Konseling atau yang disingkat dengan Guru BK  

Saat ini layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah mengalami banyak kendala karena rasio jumlah guru BK belum sebanding dengan jumlah siswa. Idealnya guru BK mengampu 150 siswa. Namun pada kenyataannya, tidak semua sekolah memiliki guru BK berlatar belakang Bimbingan dan Konseling. Masih ada kepala sekolah yang menugaskan guru bidang studi untuk membantu layanan Bimbingan dan Konseling karena ketiadaan guru BK di sekolahnya. Kalaupun ada guru BK di satu sekolah namun beban kerjanya melebihi rasio yang seharusnya. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi efektivitas layanan BK.

Eksistensi Bimbingan dan Konseling sangat penting dalam rangka membantu perkembangan siswa secara optimal. Dengan perubahan yang sangat komplek dan terjadi sangat cepat di era industri 4.0 dan society 5.0 ini tentunya akan menimbulkan gejolak, ketidakpastian dan keragu-raguan pada peserta didik. Oleh karena itu peserta didik perlu mendapatkan pendampingan agar mereka bisa mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya tanpa ragu dan cemas menghadapi perubahan yang terjadi.

Dampak revolusi industri 4.0 dan society 5.0 menimbulkan implikasi terhadap dunia pendidikan terkait dengan orientasi pendidikan untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki  kecakapan abad 21, digitalisasi pendidikan dengan sistem pembelajaran berbasis internet, konten digital dan media digital, pembelajaran jarak jauh (e-learning) melalui virtual learning, blended learning, MOOCs, penguatan karakter dengan pengembangan karakter siswa yang kompetitif, kreatif, kolaboratif, mandiri, dan lain-lain. Dampak lainnya terkait peran pendidik yang harus memiliki literasi TIK yang baik.

Lantas, apa yang harus dilakukan Guru BK dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan mempersiapkan society 5.0 ini? Ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu adaptasi dan kompetensi. Guru BK perlu melakukan adaptasi dengan teknologi dan perkembangan siswa. Guru BK harus mengakrabkan diri dengan penggunaan TIK sebagai sistem informasi pendidikan, sumber belajar, media belajar dan membimbing, serta salah satu kompetensi digital yang perlu dimiliki.  Guru BK juga dituntut untuk lebih inovatif dan dinamis dalam memberikan layanan BK. Ada tiga hal yang dapat dimanfaatkan Guru BK di era revolusi industri  4.0 yaitu Internet of Things (IoT), Virtual/Augmented Reality dan Artificial Intelligence (AI). Teknologi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi kebutuhan peserta didik dan mendukung proses pembimbingan kepada peserta didik.   

Untuk lebih memahami peserta didik, Guru BK perlu mengenal pengklasifikasian generasi.  Ada yang disebut Baby Boomer, Gen X, Gen Y, dan Gen Z. Istilah-istilah tersebut lahir dari teori Kohor atau Teori Generasi yang dikemukakan Karl Mannheim (1928). Menurut Mannheim yang dikutip dari Wikipedia yang dimaksud generasi atau kohort sebagai sekelompok individu dengan usia yang sama yang anggotanya telah mengalami pengalaman yang patut dicatat sejarah dalam jangka waktu tertentu. Selama ini masih banyak yang salah kaprah dalam pelabelan sebuah generasi dilihat berdasarkan rentang usia mereka padahal seharusnya melihat rentang tahun kelahiran.

Orang-orang yang lahir sebelum tahun 1945 disebut Generasi Tradisional dimana mereka kebanyakan mengalami the great depression karena mereka kebanyakan hidup dalam kekurangan kecuali para priyayi. Apalagi saat itu dunia dilanda konflik yang luar biasa dan puncaknya terjadinya Perang Dunia II.

Selanjutnya orang-orang yang lahir pada tahun 1946 - 1964 disebut Generasi Baby Boomers dimana kehidupan mereka berangsur-angsur mulai pulih dari kesulitan masa perang. Orang-orang ini mulai mengejar karier secara intensif dan konsisten. Mereka merasakan masa kemakmuran yang membuat taraf hidupnya meningkat. Kondisi tersebut berdampak pada banyaknya keluarga yang menginginkan memiliki banyak anak yang mengakibatkan terjadinya ledakan populasi bayi alias baby boom. Oleh karena itu, generasi yang lahir pada era tersebut disebut generasi Baby Boomers.

Anak-anak yang lahir pada tahun 1965 - 1980 disebut Generasi X yang lahir dalam kehidupan yang relatif stabil. Anak-anak ini sudah mulai mengenal komputer dan video games, juga permainan games watch. Kita tahu bahwa anak-anak Generasi X ini lahir dalam situasi politik panas, masa Orde Baru, dunia konflik, dan mulai berakhirnya perang dingin (Selatan-Utara),

Generasi Milenial (Y) adalah generasi yang lahir pada tahun 1981- 1994 yang berkeinginan untuk menyeimbangkan antara kerja dan kehidupan (work life balance). Mereka rata-rata tidak mau larut dalam bekerja tetapi di samping bekerja, sosialisasi melalui game online tanpa batas waktu, futsal, renang bersama merupakan trend mereka. Mereka cenderung memiliki solidaritas yang tinggi dan ingin bahagia bersama. Disamping itu, mereka ingin mendapatkan eksistensi diri untuk memperoleh harga sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun