Mohon tunggu...
Lilis Edah Jubaedah
Lilis Edah Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Cilegon

Saya Lilis Edah Jubaedah, Lahir di Purwakarta, 26 Agustus 1965. Pekerjaan saya Guru di SMPN 1 Cilegon. Hobby saya menulis, walapun belum mahir. Konten yang saya sering tulis apa saja yang berhubungan dengan rasa kekhawatiran diri terhadap lingkungan sekitar. Jenis tulisannya ada puisi, cerpen, opini, esai, atau apa saja yg menurut saya cocok dengan kontennya. Tapi hanya sekadar menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Umroh (7)

31 Desember 2022   06:45 Diperbarui: 31 Desember 2022   06:45 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sabtu, 17 Desember 2022, Para Jemaah diberi informasi bahwa pukul 04.30 WAS, koper harus sudah diletakkan di depan kamar masing-masing. Karena hari ini adalah hari terakhir kami beribadah di Tanah Suci Mekkah Al-Mukarromah. Rencananya setelah thawaf wada, kami akan meninggalkan Tanah Suci Mekkah Al-Mukarromah untuk melanjutkan kegiatan ibadah di Kota Suci Madinal Al-Munawwaroh.

Ternyata semangat untuk melakukan ibadah di Tanah Suci Mekkah masih banyak. Padahal semalam pulang dari Thaif itu sudah hampir jam 23.00 WAS, kemudian packing dan lanjut tidur. Tapi mengingat masing ingin ibadah di Rumah Allah, kami dengan teman sekamar janjian bahwa pukul 03.30 WAS harus sudah mengeluarkan koper dan langsung ke Masjidil Haram. Semoga dapat yang di depan Ka'bah. Lupa kalau hari-hari terakhir ini Jemaah sudah padat merayap. Eh, benar saja walaupun berangkat subuh, tempat sudah padat, walau bisa di area Ka'bah, tapi kebagean di belakang dan lingkaran paling luar Ka'bah, dekat dengan gentong air jamjam. "Ya sudah, terima saja. InsyaAllah pahalanya sama. Aamiin YRA."

Biasa setelah salat sunnah tahiyatul masjid, kami berempat mengambil Al-Qur'an untuk melanjutkan bacaan sesuai batas surat masing-masing. Hampir semua Jemaah memperbanyak amalannya dengan membaca Al-Quran. Tapi tenang saja, tidak rebutan kok, jumlah Al-Qur'annya tak terhingga. Di mana-mana tempat selalu bertumpuk dengan Al-Qur'an , baik ukuran kecil, sedang, maupun besar, bahkan sekaligus dengan kaki buat tempat mendudukkan Al-Qur'annya. Saya biasa memilih yang ukuran besar, biar lebih besar tulisannya. Maklum.

Tak terasa sudah adzan. Oh, ternyata baru adzan awal, pukul 04.30 WAS, masih ada satu jam lagi untuk sampai ke waktunya subuh yaitu pukul 05.35 WAS. Awal-awal temen sekamar saya suka bertanya, "Adzan subuh ya, Bu?" katanya heran. "Bukan, ini baru adzan awal. Subuhnya masih satu jam lagi," jawabku. Mereka memang masih muda-muda, mungkin pengalamannya masih sedikit. Tapi pagi itu mereka sudah tidak bertanya lagi, hanya melirik jam tangannya saja, kemudian lanjut membaca Kembali Al-Qur'an.

Pada pukul 05.30 saya mengucapkan "Shadaqallahul-'adzim" mengingat sudah waktunya salat sunnah fajar. Dan benar saja selesai salat sunnah fajar, adzan subuh berkumandang. Semua Jemaah merapikan baik tempat duduknya maupun pakaiannya. Terkadang orang-orang Arab yang salatnya tidak menggunakan mukena dikarenakan baju mereka abaya yang Panjang menyapu lantai dan berkerudung ala mereka, walau tangan tak tertutup kaos tangan, tapi mereka terkadang merapikan letak kerudung, khawatir bagian belakang tidak tertutup hingga rambutnya kelihatan. Kalau orang Indonesia umumnya menggnakan mukena. insyaAllah aman. Kami mulai berdiri merapikan shouf barisan agar yang tadi berdesakan bisa agak lebih longgar. Dan betul sekali, Ketika kami berdiri, memang ruas jaraknya menjadi pas untuk jatah setiap orangnya.

Pagi itu ada kejadian yang agak menggagu, ketika salat dilaksanakan, di bagian ruang salat perempuan sebelah ruang salat kami, arah ke kiri dari kami, ada orang menangis meraung-raung kencang sekali, suaranya orang dewasa, terus menangis di setiap bacaan ayat Al-Quran setelah bacaan Al-Fathihah. Seperti orang kesurupan. Tapi semua orang bergeming, tak peduli orang yang menangis itu, dibiarkan sampai selesai salat. Dan konon menurut cerita-cerita orang yang kebetulan duduknya berdekatan, alhamdulillah bukan orang Indonesia. Katanya langsung setelah selesai salat, orang tersebut dibawa oleh laskar. Entah kemana dan bagaimana. Biarlah kejadian itu cukup mereka saja yang tahu.

Selesai salat, jalan menuju keluar sudah dapat dipastikan penuh dan padat merayap. Akhirnya kami disuruh ke gate 79 arah kiri terus naik ke lantai 3, sampai ketemu pintu keluar yang lebar halaman sebelah belakang kayaknya. Karena nomor pintunya lebih kecil, dan kalau sudah begitu, kami selalu ingat bahwa kalau sudah arahnya beda dari masuk, kami terus menyusurinya nomor pintu. Sampailah ketemu WC 8, 6, 5, 4, dan pastinya maju agak ke depan lagi WC 3, dengan Plasmatvnya yang sudah tidak asing lagi. Legalah sudah pintu keluar sudah ada di depan mata. Artinya jalan menuju hotel sudah ketemu. Alhamdulillah aman.

InsyaAllah kalau sudah seperti itu aman sampai hotel. Walau kadang kami dicegat oleh pasangan kami yang sudah janjian lewat WA. Biasa di sana itu kalau sudah mencari seseorang ada tanda yang diacungkan ke atas agar kelihatan oleh orang yang dicari. Kami cukup menyebutkan tanda yang familiar saja. Yaitu antara WC 3, 2, atau 1. Kalau tidak depan Hotel Jamjam Tower. Alhamdulillah sampai di hotel dengan selamat. Biasa kami langsung sarapan, setelah itu siap-siap untuk thawaf wada.

Muthawwif mengumumkan pukul 08.00 WAS kami akan melaksanakan thawaf wada atau thawaf perpisahan. InsyaAllah dimudahkan dan dilancarkan. Aamiin YRA.        

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun