Mohon tunggu...
Lilik Solekah
Lilik Solekah Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Saya ibu dua anak, yang mengabdi pada suami dan orangtua. Keinginan tertinggi berkumpul dengan orang tua, saudara, anak-anak, cucu cicit kakek nenek di surga dan bertetanga dengan Rosulullah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mitigasi Perubahan Musim Dan Banjir Yang Berulang

12 November 2023   19:31 Diperbarui: 27 Maret 2024   04:13 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Lilik Solekah, SHI. (Ibu Peduli Generasi)

Awal musim hujan banjir melanda pemukiman warga di beberapa wilayah seperti halnya wilayah Kebon Pala, RT 013/RW 04 Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (4/11/2023) malam. Genangan air di awal musim hujan juga terjadi di stasiun LRT. 

Dilansir dari media kompas bahwa pemerintah sudah berupaya untuk menanggulangi banjir, namun kejadian yang berulang ini tidak bisa dielakkan. Nyatanya masih terjadi banjir di beberapa titik yang dulu sewaktu musim hujan kebanjiran dan berulang kali ini waktu terjadi hujan di awal musim terjadi lagi. Kejadian banjir yang sudah berulang terjadi, bahkan bisa dikatakan langganan banjir seharusnya sudah diantisipasi. Saat kemarau panjang membangun sarana dan prasarana yang memadai. Memetakan dimana terjadi banjir dan penyebabnya serta memberikan solusi.

Demikian dalam proyek pembangunan, seharusnya sudah mengantisipasi untuk menghadapi musim hujan ataupun kemarau.  

Islam menjadikan keselamatan dan kenyamanan rakyat menjadi hal utama. Oleh karena itu, negara melakukan mitigasi dan membangun semua fasilitas, sehingga rakyat terlindungi dari bahaya banjir dan lainnya.

Tidak sekedar hanya pemanis seolah bekerja namun hasilnya sama saja. Namun sebagai penguasa yang amanah dan bertanggung jawab akan selalu mengingat bahwa apa yang diperbuat saat ini akan dimintai pertanggungjawabannya.

Tak sekedar menganggarkan dana namun banyak yang tercecer tidak pada tempatnya. Ini sudah menjadi rahasia umum di sistem kapitalisme. Anggaran pembangunan yang besar mengeruk APBN hingga bawah riel untuk pembangunan tinggal separuh bahkan hanya seperempat. Sehingga pembangunan yang seharusnya maksimal akan jadi alakadarnya dan yang menjadi korban lagi-lagi rakyat.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun