Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Dilema Rokok: Antara Upaya Pemerintah dan Iklan yang Menggugah

28 September 2019   17:03 Diperbarui: 4 Juni 2023   09:22 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Flickr/ Matt Trostle

Setiap produsen rokok wajib menerakan gambar-gambar dan kalimat yang mendirikan bulu kuduk pada setiap bungkus rokok yang beredar di Indonesia.

Mulai gambar paru-paru yang "busuk" hingga leher yang bolong. Mulai kalimat tentang pengaruh buruk rokok terhadap keperkasaan lelaki dan janin yang dikandung perempuan hingga puncaknya frasa "merokok membunuhmu".

Normalnya orang akan keder mendapati hal-hal yang demikian. Mungkin hal itu yang diharapkan pemerintah dengan mewajibkan para produsen rokok mencantumkan label-label seram tersebut.

Kengerian akibat label-label itu seharusnya membuat para perokok segera mematikan rokoknya dan tak menyalakan lagi untuk selamanya. Dan para kandidat perokok seketika mengurungkan "cita-citanya" menjadi perokok.

Namun apa yang terjadi? Apakah seperti yang diharapkan? Menilik kabar yang banyak beredar dan kenyataan yang terlihat di sekitar, tampaknya peringatan akan dampak mengerikan akibat merokok tak banyak membuat orang menghindar.

Ketidakgentaran orang terhadap peringatan dalam berbagai bentuk label bisa terjadi dengan berbagai alasan. Mungkin ada yang masih kurang percaya akan efek yang semacam itu. Bisa jadi karena menyaksikan banyak perokok di sekitar mereka baik-baik saja.

Atau barangkali sebenarnya telah timbul rasa khawatir dalam hati, tapi apa daya kekuatan hati tidak atau belum sanggup berpaling darinya. Dan mungkin juga banyak alasan lain yang melatari kondisi ini.

Peringatan Pemerintah versus Iklan
Ada yang sangat kontra produktif dengan keberadaan peringatan seram yang terpampang di bungkus-bungkus rokok. Iklan-iklan rokok yang bertebaran pada berbagai media contohnya. Mulai yang terpasang pada papan-papan iklan raksasa pada lokasi-lokasi strategis hingga iklan "hidup" yang mengudara melalui pesawat televisi. Tentu termasuk juga yang tayang di media sosial yang nyaris tiap hari dipelototi.

Iklan-iklan rokok umumnya digarap dengan baik. Hasilnya pun rata-rata memesona. Tema cerita dan penampilan para pemerannya cukup menimbulkan decak kagum banyak orang yang menyaksikannya.

Para aktor yang memerankan tokoh utama dan aktor-aktris yang didapuk sebagai pemeran pembantu selalu berpenampilan sangat meyakinkan. Belum pernah saya menemukan iklan rokok yang diisi orang-orang yang loyo dan sakit-sakitan. Padahal rokok selalu diposisikan sebagai penyebab timbulnya berbagai penyakit.

Sebaliknya, para aktor dan aktris yang ditampilkan adalah orang-orang muda yang tampan dan cantik, badan sehat dan memiliki spirit yang sangat menggelora. Tema-tema yang diambil biasanya petualangan alam atau olah raga keras yang membutuhkan nyali dan stamina yang luar biasa. Pendek kata, iklan-iklan rokok dibuat sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan penuh semangat, pemberani dan perkasa.

Sudah barang tentu para pengiklan akan berusaha keras menampilkan tayangan yang menarik. Berupaya memengaruhi orang yang menyaksikan agar tergoda akan produk klien mereka. Dan tujuan akhirnya tentu saja penjualan.

Begitu pun dengan iklan rokok. Bisa jadi pembatasan yang tidak membolehkan iklan rokok menampilkan bentuk fisik rokok dan orang sedang mengisap rokok menjadi perangsang ide-ide kreatif para perancang iklan. Dengan iklan-iklan yang demikian, meskipun produknya tak tampak di mata pemirsa, orang merokok seakan-akan identik dengan ketampanan, kegagahan dan keberanian.

Lantas, bagaimana orang akan terdorong untuk memahami pengaruh buruk rokok yang bisa menyebabkan kulit keriput serta raga yang dipenuhi berbagai penyakit mematikan? Iklan-iklan yang ditampilkan justru menampakkan hal-hal yang sebaliknya.

Jika peringatan pemerintah dalam bentuk label berwujud gambar-gambar dan kalimat-kalimat seram dihadapkan dengan iklan-iklan yang sangat mengundang spirit itu, kira-kira mana yang akan memberikan pengaruh lebih besar?

Antara Cukai dan Iklan Rokok
Cukai rokok hampir setiap tahun meningkat. Tingkat kenaikannya bisa sampai belasan persen. Tentu saja kenaikan ini ditujukan untuk mengurangi jumlah perokok dan jumlah konsumsi rokok. Hal yang hingga kini masih selalu menjadi perdebatan.

Banyak orang meragukan tujuan yang sebenarnya akan kebijakan ini terutama mengingat besarnya peranan cukai sebagai salah satu unsur penting dalam pendapatan negara. Termasuk rencana pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 23% awal tahun depan.

Rencana yang kemudian menimbulkan pro dan kontra. Cukup banyak yang optimis angka kenaikan yang fantastis itu akan efektif menahan kenaikan jumlah perokok dan konsumsi rokok. Namun ada juga yang tidak meyakini dampak yang ditimbulkannya bakal sebesar yang diharapkan.

Faktor sulitnya lepas dari kecanduan menyebabkan orang akan tetap mencari rokok berapa pun harganya. Atau setidaknya mengalihkan sasarannya ke jenis rokok yang lebih murah harganya.

Bahkan yang lebih parah jika terjadi apa yang diperkirakan sebagian orang, rokok ilegal yang justru akan berkibar. Ibarat sudah jatuh menimpa puntung rokok yang menyala. Pendapatan dari cukai tidak diperoleh, tetapi jumlah konsumsi rokok terus bertambah.

Zaman kini orang semakin cenderung mencari idola dari media. Dan sosok-sosok yang sedap dipandang mata seperti yang selalu berkelebatan dalam iklan-iklan rokok sangat potensial untuk dijadikan panutan. Terutama oleh anak-anak dan kaum remaja. Siapa sih yang tidak ingin bergaya seperti mereka?

Harga rokok yang tinggi mungkin menjadi salah satu kondisi yang menyulitkan orang mendapatkannya. Semoga saja kebijakan kenaikan cukai rokok dapat mencapai tujuannya. Setidaknya menahan orang yang belum merokok untuk tidak mencobanya.

Namun saya kira, sepanjang "ajakan" merokok masih terus gencar didengungkan dengan salah satu caranya melalui iklan-iklan yang memesona, mungkin akan sangat sulit menjauhkan rokok dari jangkauan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun