Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Upaya Mengangkat Literasi Bangsa di Bulan Kemerdekaan

16 Agustus 2019   05:01 Diperbarui: 16 Agustus 2019   05:15 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: tribunnews

Bapak-bapak Mendongeng di depan Anak-anak Mereka

Masyarakat kita memang sangat merindukan dunia hiburan. Maka tak jarang manusia berlomba membikin acara lucu-lucuan, seperti yang marak dalam tayangan televisi. Acara-acara yang sering kali tidak lucu tapi tetap mendatangkan tawa.

Momen tujuh belasan pun tak luput dari upaya lucu-lucuan. Salah satu bentuk atraksi guyonan yang kerap menjadi agenda tujuh belasan adalah lomba merias wajah, dilakukan oleh para suami terhadap istri mereka masing-masing. 

Umumnya lomba semacam ini mendatangkan gelak tawa penonton. Apalagi bila sang perias ditutup matanya. Saya pun menyukai lelucon yang tersaji di arena ini.

Nah, bila sesekali lombanya diubah menjadi lomba mendongeng yang dilakukan para ayah terhadap anak-anak mereka, mungkin masyarakat tidak hanya akan beroleh guyonan. Benih kecintaan anak-anak---dan juga ayah-ayah---kepada buku bisa mulai disemai dalam ajang ini. Jangan khawatirkan tiadanya faktor hiburan. Saya yakin para ayah akan banyak menampilkan adegan kocak yang mungkin tidak dibuat-buat.

Berikan masing-masing ayah sebuah buku cerita pada tanggal 16 Agustus. Lalu besok paginya kita tunggu di lapangan kelurahan atau di ruas-ruas jalan kampung para bapak menampilkan adegan-adegan seru, kocak dan mudah-mudahan mendatangkan inspirasi saat menyampaikan cerita yang terkandung dalam buku.

Koin Berlumur Oli Bisa Ditukar Buku Cerita

Lomba yang satu ini selalu bikin ngakak siapa pun yang menyaksikannya. Bagaimana bisa menahan tawa melihat mulut dan bagian-bagian wajah anak-anak berlepotan cairan hitam nan licin di sana sini. Sejauh yang saya amati, pengikut lomba ini kebanyakan dari kalangan anak-anak.

Lomba menggigit koin memang sangat seru. Anak-anak mengumpulkan sebanyak-banyaknya koin yang tertancap pada permukaan buah jeruk bali atau buah lainnya yang dilumuri oli. Tentu saja sebagian oli berpindah tempat dari semula menempel di kulit jeruk bali ke kulit muka anak-anak pengumpul koin.

Biasanya perolehan koin akan dihitung dan anak-anak akan mendapatkan "imbalan" berupa makanan dan minuman ringan sesuai dengan jumlah dan nilai koin yang mereka kumpulkan. Sudah pasti hasil keringat mereka langsung ludes tak bersisa dalam sekejap mata.

Agar memori kegembiraan mereka bertahan lebih lama, bagaimana kalau hadiahnya diganti dengan buku-buku cerita? Tidak perlu buku-buku berharga mahal. Cukup buku-buku cerita atau majalah anak-anak bertahun terbit lama yang telah banyak terdiskon harganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun