Mohon tunggu...
Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Mohon Tunggu... Penulis - Always be happy

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kupat Landan Kedungbenda, Daya Tarik Kuliner Purbalingga

2 Januari 2019   14:23 Diperbarui: 2 Januari 2019   14:31 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketupat atau orang jawa biasa menyebutnya kupat, menjadi makanan khas dengan tampilan unik yang terbungkus daun kelapa yang masih muda (janur). Tidak semua kupat memiliki rasa dan tampilan yang sama satu dengan lainnya.

Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon salah satu Desa yang memproduksi Kupat. Kupat Landan biasa orang menyebutnya. Ada yang berbeda dari kupat yang satu ini, jika biasanya kupat berwarna putih, sedangkan kupat landan memiliki warna coklat kemerahan baik pada selongsong kupat (anyaman janur) maupun kupatnya sendiri.

Tidak hanya soal warna, kupat landan yang diproduksi warga Desa Kedungbenda memiliki keunggulan pada rasa yakni rasa yang gurih dan legit. Hal tersebut diungkapkan oleh Sulastri (57), salah satu warga Desa Kedungbenda yang menjadi pengelola wisata Susur Sungai Klawing.

"Keunggulan lainnya dari kupat landan yaitu dari cara pembuatannya yang berbeda dari kupat-kupat lainnya," terang Sulastri saat ditemui di Obyek Wisata Susur Sungai Klawing, Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon.

Dikatakan lebih lanjut, pembuatan kupat landan yang diproduksi di Desa Kedungbenda menggunakan beras asli yang dihasilkan dari desanya. Beras yang telah disiapkan, dicuci hingga bersih kemudian dimasukan ke dalam selongsong dan dimasukan kedalam air mendidih yang telah diberi campuran khusus.

"Untuk membuat kupat berwarna kemerahan tidak menggunakan pewarna makanan, itu digodhog (rebus, Red) nya pakai air abu pelepah daun kelapa, hasil airnya nanti bening untuk menghasilkan air ini prosesnya seperti penyulingan.," jelasnya.

Proses penyulingan sendiri, menurut Sulastri membutuhkan waktu hingga semalam untuk menghasilkan air yang banyak yang kemudian digunakan untuk proses perebusan. Sebelum perebusan dimulai, air penyulingan dari abu pelepah daun kelapa masih harus disaring kembali untuk memastikan tidak ada lagi kotoran di airnya sehingga air yang digunakan untuk merebus benar-benar bening. Setelah matang, maka kupat yang dihasilkan berwarna coklat kemerahan.

"Kalau sudah matang, kupat landan harus didinginkan dulu, soalnya kalau tidak didinginkan tekstur kupatnya benyek, kalau sudah dingin enak teksturnya kenyal dan rasanya gurih," kata Sulastri.

Sehari, warga Desa Kedungbenda dapat memproduksi ketupat sebanyak 500 ketupat. 500 ketupat tersebut nantinya akan dibawa ke pasar untuk dijual kepada para pembeli. Dan sebagian dijual di warung-warung Obyek Wisata Susur Sungai Klawing. Kupat landan ini akan banyak dijumpai ketika hari libur ataupun ada

Sapto Suhardiyo yang akrab disapa Sapto Kepala Seksi Bidang Komunikasi Publik (IKP) pada Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Purbalingga mengaku penasaran dengan rasa kupat landan yang disajikan warga Desa Kedungbenda di Obyek Wisata Susur Kali Klawing. Menurutnya rasa kupat landan yang ditawarkan memang berbeda dengan kupat-kupat di daerah lainnya.

"Apalagi makan kupatnya bersama dengan sayur lodeh jantung, ikan senggaring yang khas dari kali klawing dan sambal. Rasane jos lah," ungkapnya saat mendampingi kegiatan Press Tour Dinkominfo Provinsi Jawa Tengah di Obyek Wisata Susur Sungai Klawing, Desa Kedungbenda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun