Mohon tunggu...
Kholilatul Ummah
Kholilatul Ummah Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat Perempuan

Love Allah, love Muhammad, love Islam, love Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Film

Film "The Santri"

17 September 2019   14:16 Diperbarui: 18 September 2019   13:21 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih teringat saat profesor saya bertanya "apa sih tujuan rumusan masalah?", saya hanya menjawab "agar tulisan kita terarah sesuai rumusan tersebut". "Iya betul!, balas profesor. Disinilah  penegasan batas  dimana rumusan masalah harus juga sejalan  dengan tujuannya. Disinilah pentingnya sebuah kerangka berpikir harus dimiliki oleh seseorang dalam melihat sesuatu, agar bisa fokus dan tidak menjalar kemana-mana, sehingga hasil analisa atau penilaiannya menjadi tajam berkualitas.

Begitu pula ketika kita menilai sebuah film, film yang masih akan ditayangkan menyambut Hari Santri 22 Oktober esok "The Santri" yang disutradarai Livi Zheng bekerjasama dengan PBNU. Tujuan film tersebut adalah mengangkat atau mengenalkan tradisi Islam rahmatan lil 'alamiin yang ada di Indonesia, tradisi pesantren yang khas berada di Indonesia. Tujuan yang mempunyai nilai dakwah atau syi'ar Islam  melalui film sebagai konten kreatif di era masa kini.

Ketika kita membandingkan film sebagai sebuah konten kreatif yang tidak sepenuhnya berpijak pada aturan syari'at, saya bisa memaklumi, misalnya terjadinya kisah romansa diantara santri, seperti juga pernah saya alami dulu. Tetapi itu pun masih dalam batas toleransi yang sangat bisa dimaklumi, jika dibandingkan dengan film remaja saat ini, yang menunjukkan sudah terlampau bebas pergaulannya. (Masa iya film tanpa romansa, bisa garinglah...hehe).

Atau tentang santri yang memberikan tumpeng pada pendeta sebagai simbol penghargaan dan rasa saling menghormati diantara para pemeluk agama. Justru itu yang harus dibiasakan dalam perilaku kehidupan sehari-hari, meski tidak harus hadir ke tempat ibadah masing-masing. Tetapi itulah yang dibutuhkan sebagai bangsa yang menghormati setiap kepercayaan dan agama, toleransi dan saling menghargai. Dan hal itu tidak ada ruginya, justru sangat banyak manfaatnya dalam kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara, yang memiliki semboyan "Bhineka Tunggal Ika". 

Seringkali ketika ada konten kreatif dihadirkan, masyarakat hanya senang membincili kekurangannya, sehingga segudang kelebihan dan kegunaan atau manfaatnya terabaikan. Lalu keluarlah seruan aksi boikot dan lain sebagainya, boleh saja sih, kan era demokratis gitu loh?,  tapi yang demikian itu sikap yang tidak produktif sama sekali.  Apalagi  jika seruan itu dikeluarkan oleh kelompok yang selama ini berseberangan dengan NU. Jadi semakin nampak jelaslah arahnya, dan hanya bisa dimaklumi, sebab hal itu soal suka nggak suka, sehingga sebaik apapun tujuan, kalau sudah nggak suka, tetap saja jelek di mata mereka. Yuk belajar lebih  cerdas menilai.😊❤👍

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun