Satu sosok yang berdiri di hadapanku sekarang ini adalah salah satu dari figur-figur yang kutakuti. Bahkan T-Rex pun tak akan membuatku gemetaran seperti saat ini, di kantorku yang bersuhu dingin. Jelas dong, T-Rex kan adanya di jaman dinosaurus. Sekarang eranya pak Timothy, sang bos di imperium tempatku bekerja ini.
Pak Timothy berdiri di depanku. Aku sadar sebentar lagi akan nada maklumat perang yang akan diumumkannya.. heh, maksudku, pekerjaan yang akan diperintahkan padaku.
"Lila, selesaikan surat-surat ini. Ketik dengan format seperti biasanya, dan kirim seluruhnya ke daftar alamat, sesuai dengan list-nya di situ.."suaranya tegas memerintah.
Setumpuk kertas diserahkan padaku, dengan gerakan seperti tank hendak menyerang benteng pertahanan musuhnya.
Ups, kenapa aku jadi bernada negatif begini..
Pria keturunan Amerika, itu mengelus-selus dagunya sejenak, kemudian menengok gawainya.
Aku menggigil memandang tumpukan surat di meja di hadapanku. Masalahnya, jam kerja kantor hampir usai.
Tolong, ... tolong, teriakku dalam hati.
Seperti membaca pikiranku, ia bertanya,"Jam berapa sekarang?"
"Setengah tiga, pak Tim," jawabku dengan muka datar, padahal hatiku bergejolak. Aku ingin pulang cepat hari ini. Sobatku berencana bertandang ke rumah. Cukup lama aku tidak bersua dengannya. Rindu aku padanya, begitupun ia padaku. Makanya, aku dan Tika berencana untuk makan malam bersama di kedai bakso langganan kami ketika mahasiswa dulu. Eh, mahasisiwi.
Kita sepakat akan memesan bakso misterius dan es campur pakai alpukat mentega. Hmm, nyam.. nyamm...